GridFame.id - Pasangan artis Ammar Zoni dan Irish Bella harus telan pil pahit kehidupan kehilangan buah hati tercinta, anak kembar pasangan artis ini meninggal dunia.
Paramedis yang menangani Irish Bella membeberkan penyebab meninggalnya bayi kembar Irish dan Ammar Zoni.
Menurut dokter Gatot Abdurrazak, Spesialis Obstetri dan Ginekologi Subspesialis Fetomaternal, janin kembar Irish meninggal di dalam kandungan.
"Itu akibat dari sebagian plasenta yang lepas," kata Gato.t.
Dijelaskan Gatot, saat Irish datang ke rumah sakit, janin yang dikandungnya sudah mengalami pembengkakan.
"Jadi Irish datang jumat pagi sudah stage 4 (kondisi bahaya). Janin yang resipien (penerima darah) sudah bengkak jantungnya.
Seluruh tubuh bengkak dan pertumbuhannya kecil," ujar Gatot.
Sebelumnya bayi kembar Irish dan Ammar dinyatakan meninggal dalam usia 27 pekan.
Gatot menambahkan, salah satu janin bintang sinetron Cinta Suci ini mengalami kondisi Twin-to-twin transfusion syndrome (TTTS).
Artinya, perubahan sistem pembuluh darah salah satu janin yang berdampak pada janin yang satu lagi.
TTTS bisa mengakibatkan komplikasi ke ibu, salah satunya Mirror Syndrome yang merupakan keadaan saat janin mengalami hydrops (bengkak seluruh tubuh) yang menyebabkan ibu juga mengalami kondisi yang sama.
Namun pada ibu, kondisi ini bisa disertai preeklamsia atau toxemia kehamilan, kelainan atau gangguan progresif yang ditandai kehadiran protein dalam urine serta tingginya tekanan darah.
"Preeklamsi disebabkan mirror syndrome. Tekanan darah naik dan membuat plasenta lepas hingga aliran darah tidak lancar ke bayi," ujar Gatot lagi, dikutip dari Kompas.com.
Meninggalnya dua buah hati sekaligus pada 2019 silam itu menjadi pukulan tersendiri untuk Irish Bella dan Ammar Zoni.
Keduanya begitu berduka, namun kini mereka sudah bangkit dan sudah dikaruniai anak lagi.
Bahkan saat ini Irish Bella juga tengah mengandung adik dari Air Rumi Akbar.
Seperti diketahui Irish Bella dan Ammar Zoni sudah dikaruniai buah hati menggemaskan yang diberi nama Air Rumi Akbar, dan kini tengah menanti momen persalinan anak keduanya.
Berkaca pada kondisi medis Irish Bella, penting untuk para ibu hamil waspada lantaran preeklamsia terkadang memang tak bergejala, dikutip dari Kompas.com.
Baca Juga: Pernah Alami Keguguran, Keluarga Ammar Zoni dan Irish Bella Sampai Cekcok: 'Kita Sempat Drop..'
Waspada Preeklamsia pada Ibu Hamil
Preeklamsia sulit diprediksi karena seringkali muncul tak bergejala, tetapi bisa sebabkan kematian ibu dan janin.
Oleh sebab itu, ibu hamil diminta benar-benar mewaspadai hal ini dan segera lakukan deteksi dini.
"Preeklamsia sulit untuk diprediksi dan dikelola.
80 persen wanita yang dicurigai mengalami preeklamsia tidak menunjukkan gejala terkait.
Makanya sering disebut silent killer (pembunuh senyap)," kata dr Aditya Kusuma selaku Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi dari Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Bunda.
Dalam diskusi daring bertajuk Webinar Roche: Deteksi Dini Preeklamsia untuk Kurangi Risiko Kematian Ibu dan Janin, Aditya mengatakan, ada banyak pasien ibu hamil yang merasa tidak ada masalah atau keluhan apapun selama mengandung, termasuk soal pengecekan tekanan darah saat berkonsultasi dengan dokter.
Aditya bercerita, ada ibu hamil yang hasil tensinya terakhir bagus, tetapi ternyata ketika dilakukan pengecekan biomarker diketahui protein dalam urinenya tinggi, yang menandakan ibu hamil itu mengalam preeklamsia.
Pada orang dengan kondisi normal, urine yang dihasilkan pasti tidak ada kandungan proteinnya.
Dengan kondisi tersebut, tenaga medis seringkali sulit mengambil keputusan yang tepat di waktu yang tepat, sehingga meningkatkan prevalensi kematian ibu dan janin akibat preeklamsia.
"Sering juga menjadi pertimbangan para dokter, kapan waktu yang tepat (untuk ibu preeklamsia melahirkan) apakah saat ini atau bisa kita tunda, dalam artian untuk memberi waktu bayi (dalam janin) memiliki perkembangan organ yang lebih baik," ujarnya.
Sementara di lain sisi, kata dia, pertimbangan menunda kelahiran juga sangat berisiko pada ibu dan bayi nantinya.
Oleh karena itu, penting bagi ibu hamil untuk rutin melakukan pemeriksaan dini dan juga mencurigai risiko preeklamsia ketika ada beberapa gejala muncul.
Gejala preeklamsia
Dalam pemaparannya, Aditya menjelaskan, gejala-gejala preeklamsia tidak dirasakan pada awal kehamilan dan baru terlihat saat memasuki usia kehamilan 20 minggu.
Sehingga, banyak ibu hamil yang terlambat mendapatkan penanganan yang tepat, karena baru diketahui ketika kondisi preeklamsia yang dimiliki sudah membahayakan ibu dan janin.
Preeklamsia memiliki berbagai risiko bagi ibu dan janin dalam jangka pendek ataupun panjang, misalnya persalinan prematur, berat badan bayi rendah saat lahir, placenta abruption, kejang yang dapat berkembang menjadi eklamsia, bahkan berpotensi mengakibatkan kematian.
Berikut beberapa gejala yang patut dicurigai ibu hamil mengalami preeklamsia.
- Sakit kepala yang parah
- Gangguan penglihatan
- Tekanan darah tinggi
- Naiknya berat badan dengan cepat
- Mual
- Sakit pada area abdominal
- Terdapat protein pada urin
- Bengkak pada tangan dan kaki
Selanjutnya, meskipun tidak ada gejala, ibu hamil harus rutin melakukan deteksi dini preeklamsia sejak awal kehamilan.
Sebab, jika tak ditangani segera dan usia kehamilan saat mengalami preeklamsia masih di bawah 8 bulan, akan meningkakan konsekuensi bayi prematur.
Source | : | kompas |
Penulis | : | Miya Dinata |
Editor | : | Miya Dinata |
Komentar