"Karena dalam tubuh orang-orang tertentu ada protein yang mirip bagian S Covid-19, maka antibodi S-RBD itu bereaksi terhadap protein orang itu sendiri. Terjadilah yang disebut autoimunitas," jelas Tonang. Jika hal itu sampai terjadi, orang-orang akan mengalami peradangan dalam tubuh.
Dia menyebut, seberapa kuat peradangan, tergantung kemiripan dengan protein S Covid-19.
Dia menyampaikan, semakin mirip protein S Covid-19, tentu semakin kuat reaksi yang dirasakan.
"Ketika peradangan akibat kemiripan itu terjadi di jaringan hati, maka terjadi hepatitis. Sama dengan tadi, derajatnya tergantung seberapa kemiripannya," tambah dia.
Apabila seseorang terjangkit Covid-19 bisa jadi tidak terjadi masalah ketika terinfeksi.
Namun, setelah sembuh dari Covid-19, dapat terbentuk antibodi yang menyebabkan masalah jika ditemui kemiripan protein tubuh dengan bagian S Covid-19.
Dia mengatakan, kejadian tersebut bisa diatasi dengan obat yang bersifat sementara untuk meredakan reaksi autoantibodi.
Baca Juga: Baru Mencekam Ini Bedanya Hepatitis Akut vs Hepatitis Biasa Versi Kemenkes
Namun, khusus untuk seseorang yang mengidap autoimun sejak lahir, biasanya butuh pengobatan jangka panjang.
"Seperti juga dalam jurnal tersebut, pasiennya dapat sembuh dengan baik setelah terapi sementara waktu. Penulis jurnal tersebut menulis possibly transient immune-mediated hepatitis post vaccination Covid-19," tukas dia.
Baca Juga: Penting Ini Pertolongan Pertama Saat Anak Terpapar Hepatitis Akut
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Benarkan Vaksin Covid-19 Penyebab Hepatitis Akut? Ini Kata Pakar UNS
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Lena Astari |
Editor | : | Lena Astari |
Komentar