GridFame.id - Rekan komedian terpukul kehilangan sosok pelawak Rini S Bon Bon meninggal dunia, terungkap permintaan terakhirnya.
Tangis keluarga pecah lagi mengingat permintaan terakhir pelawak Rini S Bon Bon.
Kabar duka, pelawak Rini S Bon Bon meninggal dunia, Minggu (10/7/2022).
Sebelumnya, Rini S Bon Bon sempat melawan penyakit diabetes melitus yang diidapnya.
Diabetes yang diidap Rini S Bon Bon disebut penyakit keturunan. Dia sudah mengidap diabetes sejak 1996.
Hal itu yang membuat Rini S Bon Bon harus bolak-balik rumah sakit.
Pada 2009 salah satu kakinya membusuk dan nyaris diamputasi.
Akan tetapi, sang komedian menolak untuk diamputasi.
Rini S Bon Bon ingin berpulang dengan tubuh yang utuh.
Permintaan Terakhir Komedian Rini S Bon Bon Sebelum Meninggal
Permintaan terakhir pelawak Rini S Bon Bon sebelum meninggal dunia, ingin sebagian hartanya dipakai untuk membantu Hafiz Al-Quran.
Sementara itu, kepergian Rini meninggalkan duka mendalam untuk para orang terdekatnya.
Kini, orang-orang terdekat Rini mengungkap kebaikan sang mendiang.
Bahkan, keinginan terakhir Rini pun uga diungkap oleh pihak keluarga.
Sebelum meninggal, Rini ingin sebagian harta warisannya disumbangkan untuk para hafiz Quran.
"Dia pengin kalau dia meninggal dia minta untuk dibantu rumah hafiz Al Quran, dia minta untuk disalurkan ke rumah hafiz Al Quran," kata Aini kakak dari Rini S Bon Bon dikutip TribunStyle.com dari Tribunnews, (Senin 11/7/2022).
Selain itu, Aini juga mengatakan bahwa almarhumah semasa hidupnya rajin menunaikan ibadah puasa dan membaca Al Quran.
"Alhamdulilah juga puasanya rajin, puasa senin kamisnya rajin, baca Al Qurannya masyaallah, baca Al Quran rajin, setiap salat baca Al Quran," ujar Aini.
Lebih lanjut, Aini menerangkan bahwa Rini S Bon Bon sebelum tutup usia sangatlah sehat, tetapi ia membenarkan apabila mendiang memiliki riwayat penyakit diabetes.
Selain itu, pihak keluarga mengklarifikasi bahwa Aini dikebumikan satu liang lahat dengan jasat mendiang ibundanya, bukan ayahnya.
Sebagai tambahan, Rini S Bon Bon meninggal dunia pada 10 Juli 2022, sore hari.
Sang komedian dikuburkan di TPU Kawi Kawi, Jakarta Pusat pada 11 Juli 2022, siang hari.
Tanda Orang Akan Meninggal
Menurut sains, gejala kematian atau tanda orang akan meninggal memang tak selalu tampak seperti death rattle, terminal agitation, ataupun sesak nafas. Gejala bisa jadi tampak halus dan kerap diartikan sebagai kesembuhan.
Fenomena kembali segar menjelang kematian itu diabadikan sejak masa Hippocrates dan Ibnu Sina. Mereka mengungkapkan, penderita penyakit mental memperoleh kesadaran kembali ketika ajal sudah dekat tanpa diketahui sebabnya.
Michael Nahm dalam publikasinya di Journal of Near death Experience pada tahun 2009 memperkenalkan istilah "terminal lucidity" untuk menggambarkan fenomena tersebut.
Lewat publikasi yang berasal dari 50 penulis itu, dia berhasil mengungkap 49 kasus terminal lucidity. Sejak publikasi itu, Nahm sudah merilis makalah laporan kasus terminal lucidity. Salah satunya yang terjadi pada Anna Katharina Ehmer, dipublikasikan di jurnal Death and Dying pada 1 Februari 2014.
Dalam publikasi itu, dokter melaporkan bahwa Ehmer menyanyikan lagu-lagu kematian setengah jam sebelum kematian benar-benar menjemputnya. Menurut Nahm, perilaku itu juga kerap dijumpai pada orang lain yang akan meninggal.
Apa yang memicu "terminal lucidity"? sampai saat ini, pemicunya masih misteri. Nahm masih menggugah kesadaran banyak peneliti untuk menaruh perhatian pada soal itu.
Pada pasien yang mengalami tumor otak, kata Nahm seperti dalam tulisan Peskin di New York Times 11 Juli 2017 lalu, terminal lucidity bisa dipicu oleh penyusutan otak yang berakibat pada pikiran yang lebih jernih.
Tapi, pada penyakit ginjal, jantung, atau orang sehat, penyebabnya belum diketahui.
Nahm mengatakan, penelitian pada terminal lucidity bermanfaat secara medis maupun bagi keluarga yang ditinggalkan. Mereka bisa lebih siap menghadapi kematian orang yang dicintainya, dikutip dari Kompas.com.
Mengapa Orang Bisa Merasakan Firasat Orang akan Meninggal
"Setiap yang bernyawa pasti akan mati."
Demikian kutipan dari QS. Al-Imran: 185. Kalam itu menegaskan bahwa kematian merupakan hal yang pasti dihadapi oleh semua makhluk hidup yang ada di dunia.
Jikalau telah digariskan takdirnya, siapa pun, kapan pun, dan di mana pun, maut akan tetap mendatangi.
Selama musibah itu belum terjadi, maka setiap ajal masih akan menjadi rahasia ilahi. Namun, terkadang, muncul firasat dari keluarga, sahabat, serta orang terdekat terkait kematian seseorang.
Fenomena tersebut acap kali dihubungkan sebagai pertanda akan terjadinya musibah pada masa yang akan datang. Sejumlah orang menyebut pengalaman misal mimpi terkadang dianggap sebagai firasat dan hal tersebut dianggap dengan sinkronisitas.
Beberapa pihak yang lain menyebutnya resonansi energi atau keterkaitan. Ada pula mengenalinya dengan pengalaman kematian empatik.
Banyaknya terminologi yang dikenal di masyarakat mengenai firasat kematian disebabkan karena tidak ada ilmu pasti yang paling sesuai untuk menyebutnya. Ilmuwan pun belum bisa membuktikan secara ilmiah atas maraknya fenomena yang dianggap melibatkan kemampuan menerawang akan terjadinya kematian pada masa depan semacam itu.
Satu-satunya hal pasti tentang mengapa banyak orang memiliki firasat, termasuk tentang kematian, ialah karena manusia dikaruniai dengan otak.
Terkesan cukup sepele, bukan?
Firasat, atau yang juga kerap kali disebut intuisi, tercipta dari kemampuan analisis otak terhadap kondisi lingkungan sekitar. Ia merupakan generalisasi yang diproses berdasarkan pada pengalaman masa lalu, bukan ramalan tentang masa depan yang sempurna.
Meskipun melibatkan proses pengamatan dan analisis, firasat bekerja di dalam alam bawah sadar. Sumber firasat didapat dari pemahaman terkait realitas dalam bentuk potongan-potongan kecil informasi yang biasanya berupa simbol. Lewat alam bawah sadar, simbol-simbol itu yang akan disatukan, lantas diolah menjadi sebuah gambaran yang utuh.
Sama halnya kemampuan otak dalam hal menganalisis, firasat juga membutuhkan data agar dapat menjadi lebih akurat. Ada pun datanya sendiri dapat diperoleh baik secara tidak sadar maupun sadar, dikutip dari Kompasiana.
Source | : | tribunnews,kompasiana,kompas |
Penulis | : | Miya Dinata |
Editor | : | Miya Dinata |
Komentar