GridFame.id - Kasus gagal ginjal akut misterius yang menjangkit 189 anak per 18 Oktober 2022 ini membuat resah banyak orang tua.
Apalagi jumlah pasien anak yang alami gangguan ginjal anak misterius terus meningkat.
Dikabarkan puluhan anak meninggal karena gangguan ginjal akut misterius tersebut dan yang lainnya harus cuci darah.
Melansir Kompas, buntut dari kasus gangguan ginjal akut misterius, Kementerian Kesehatan menginstruksikan semua apotek agar tidak menjual obat bebas ataupun obat bebas terbatas dalam bentuk cair untuk sementara waktu.
Instruksi ini tertuang dalam Surat Edaran (SE) Nomor SR.01.05/III/3461/2022 tentang Kewajiban Penyelidikan Epidemiologi dan Pelaporan Kasus Gangguan Ginjal Akut Atipikal pada Anak.
"Seluruh apotek untuk sementara tidak menjaul obat bebas dan/atau bebas terbatas dalam bentuk sirup kepada masyarakat sampai dilakukan pengumuman resmi dari Pemerintah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan," tulis instruksi tersebut.
Hal tersebut membuat masyarakat bertanya-tanya, lalu apa yang bisa dilakukan orang tua jika anak sakit?
dr. Andi Khomeini Takdir Haruni, SpPD(K), Chairman JDN Indonesia menjelaskan mengenai alasan obat sirup dihentikan sementara penggunaannya dan bahaya konsumsi obat berlebih melalui Live Facebook Grid Health pada Kamis (20/10/2022) sore.
"Diduga ada beberapa penyebab sampai terjadi gangguan ginjal pada anak-anak tersebut mulai dari adanya infeksi beberapa virus. Mulai dari bakteri dan juga virus, termasuk Covid, juga leptosprira serta virus dan bakteri lain yang menyebabkan kondisi tersebut," ujarnya.
Dari 18 obat yang dievaluasi Kemenkes, ditemukan ada 15 jenis obat yang mengandung kontaminan etilen glikol.
Itu sebabnya ada rekomendasi dari otoritas untuk menghentikan peresepan dan jual beli obat yang berbentuk sirup.
Namun kandungan etilen glikol dan dietil glikol sendiri sudah lama dilarang oleh pemerintah Indonesia.
Jadi, apa yang menyebabkan anak-anak ini terserang gagal ginjal?
"Bisa jadi itu infeksi virus tertentu karena vaksinasi Covid anak di Indonesia masih rendah hingga masih berjalan terus dan masih banyak anak yang batuk pilek," ujar dr. Andi lagi.
dr. Andi pun memiliki jawaban atas kekhawatiran banyak orang terhadap menangani kasus ini.
Dalam urusan tenaga kesehatan, ia mengatakan masih ada banyak 'senjata' untuk memerangi demam pada anak.
"Jangan lupa bahwa kita punya banyak senjata sebenarnya. Kita punya senjata yang bisa menggantikan peran obat-obat sirup ini. Ada tablet, puyer, kapsul, jadi harus main siasat. Intinya anak-anak tidak kehilangan sarana atau sumber daya untuk berobat," ujarnya.
Sedangkan untuk orang tua, wajib lebih waspada terhadap penyakit yang diderita anak.
Tidak ada salahnya memberikan obat yang dijual bebas.
Namun jika keadaan anak tidak membaik juga, diharapkan langsung menghubungi tenaga kesehatan terdekat.
"Sudah waktunya untuk lebih berhati-hati untuk memberikan obat pada anak. Kalau sebelum isu ini dibahas, mungkin mudah bilang panas kasih obat parasetamol sirup. Tapi bisa jadi anak-anak itu dibiarkan dengan obat tersebut tanpa diperiksakan ke dokter atau Puskesmas atau rumah sakit," tambahnya.
"Mungkin kalau 2-3 hari sudah diberikan swamedikasi dengan obat yang dijual bebas dan masih belum ngefek juga, mungkin lebih baik untuk tidak berlama-lama konsultasi dengan dokter atau tenaga kesehatan yang paling dekat," pungkasnya.
Baca Juga: Gagal Ginjal Ditanggung BPJS Kesehatan? Simak Penjelasannya Berikut Ini
Penulis | : | Lena Astari |
Editor | : | Lena Astari |
Komentar