Baca Juga: Ini Perbedaan Emas Antam dan UBS, Lebih Mahal Mana?
Analis Global Kapital Investama Alwi Assegaf mencermati, kondisi saat ini sangatlah bimbang dalam tubuh The Fed.
Pasalnya, Bank Sentral Amerika tersebut kini terbagi menjadi dua kubu antara pihak yang pro dan kontra terhadap rencana kenaikan suku bunga menjelang akhir tahun.
Di satu pihak menilai bahwa inflasi belum cukup terkendali sehingga menginginkan adanya kenaikan suku bunga. Sedangkan, pihak kontra menganggap bahwa inflasi sudah terkendali dengan baik.
"Ketika ada sinyal the Fed mengurangi agresivitas suku bunga, nah ini menjadi ruang untuk penguatan emas," ujar Alwi saat dihubungi Kontan.co.id, Minggu (23/10).
Terbukti, di tengah perbedaan pendapat itu harga emas bergerak naik.
Pada Jumat (21/10), harga emas spot melejit 1,82% ke US$ 1.657,69 per ons troi dari posisi sebelumnya US$ 1.628,02 per ons troi. Harga emas spot menguat 0,80% dalam sepekan terakhir.
Namun, Alwi bilang, pergerakan harga emas masih berada dalam tekanan hingga akhir tahun ini.
Sebab, kemungkinan besar The Fed bakal menaikkan suku bunga sebesar 125 basis poin (bps) sebelum tutup tahun 2022.
"Aksi ini menjadi bayang-bayang pasar emas," imbuh Alwi.
Baca Juga: Berikut Cara Menjual Emas Agar Tidak Boncos Ternyata Kuncinya Di Sini
Dia memperkirakan pergerakan harga emas di akhir tahun cenderung bergerak flat.
Source | : | kontan |
Penulis | : | Ayudya Winessa |
Editor | : | Ayudya Winessa |
Komentar