GridFame.id - Tren menambahkan lemon dalam segelas kopi berawal dari challenge TikTok namun belakangan diklaim ampuh menurunkan berat badan.
Beberapa pengguna media sosial menyebut rasa minuman kombinasi itu sangat aneh sehingga tidak menyarankan orang lain mencobanya.
Namun ada yang mengaku sukses menurunkan bobot tubuhnya setelah minum lemon dan kopi selama seminggu berturut-turut.
Bagaimana kebenarannya, dari sudut pandang nutrisi?
"Saya tidak bisa memikirkan satu manfaat pun dari menambahkan lemon ke dalam kopi Anda," kata Samantha Cassetty, ahli diet terdaftar yang berbasis di New York City.
Pada dasarnya, ia berpendapat itu hanyalah tren TikTok yang tidak bermanfaat.
Alasannya, tambahan lemon dalam segelas kopi hanya akan membuatnya lebih beraroma dan menambahkan sedikit vitamin C namun tidak ada manfaat lainnya berdasarkan bukti ilmiah.
"Sepotong lemon mengandung kurang dari 5 persen vitamin C yang Anda butuhkan setiap hari," jelasnya.
Jadi tidak ada manfaat nutrisi yang signifikan ketika kita menambahkan seiris lemon maupun perasaan air lemon dalam kopi yang diminum setiap hari.
Ia mengatakan ada banyak cara yang lebih efektif untuk mendukung penurunan berat badan dengan menggunakan buah dan sayur.
"Sementara itu, Anda bisa melebihi kebutuhan harian Anda dengan secangkir stroberi atau irisan paprika merah. Dan mengunyah makanan membantu meningkatkan perasaan kenyang jadi, dalam hal ini, ada manfaatnya," urainya.
Tambahan lemon di kopi hanya membuat tubuh kita sedikit lebih terhidrasi.
Manfaatnya memang dipertanyakan namun tambahan lemon di kopi tidak berbahaya atau beracun untuk tubuh.
Meski demikian, perilaku tidak wajar ini bisa dianggap sebagai salah satu gejala gangguan makan.
"Saya benar-benar menganggap perilaku ini sebagai tanda bahaya untuk gangguan makan," kata Cassetty.
Menurutnya, makan untuk menurunkan berat badan seharusnya tidak membatasi diri atau memaksa diri kita untuk makan atau minum sesuatu yang tidak menggugah selera.
"Itu pertanda bahwa Anda tidak membangun berkelanjutan kebiasaan dan itu juga menunjukkan bahwa Anda bersedia memprioritaskan penurunan berat badan daripada kesejahteraan Anda," tandasnya.
Ia menekankan penurunan berat badan merupakan proses rumit yang melibatkan serangkaian perilaku sehat, termasuk makan sehat, tidur, tetap aktif, dan mengelola stres.
Selain itu, genetika, hormon, dan faktor lain juga terlibat.
"Satu hal yang kami tahu pasti adalah tidak ada perbaikan cepat," katanya.
Ahli gizi terdaftar Maya Feller dari Maya Feller Nutrition yang berbasis di Brooklyn mengatakan bahwa tantangan media sosial semacam ini dapat menjadi pemicu bagi penderita gangguan makan.
"Video diet viral ini merusak dan berbahaya. Dibuat oleh orang-orang yang tidak memiliki kualifikasi dan mengundang histeria," katanya.
"Jika seseorang ingin membuat perubahan dalam kesehatan metabolisme mereka - cari seorang profesional," pesannya.
Baca Juga: Ini Biang Kerok Berat Badan Tak Kunjung Turun Saat Puasa, Tahan Lapar Jadi Sia-sia!
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Lena Astari |
Editor | : | Lena Astari |
Komentar