1. Impulsif dalam berbelanja: E-wallet membuat proses pembayaran menjadi lebih cepat dan tanpa hambatan.
Ini dapat memicu perilaku belanja impulsif, di mana pengguna cenderung membeli barang atau layanan yang sebenarnya tidak diperlukan.
Ketersediaan dana dalam e-wallet membuat pengguna merasa memiliki "uang virtual" yang dapat dengan mudah digunakan, tanpa mempertimbangkan implikasi jangka panjangnya terhadap keuangan pribadi.
2. Tawaran promosi yang menggiurkan: Banyak penyedia e-wallet menawarkan diskon, cashback, atau promo menarik lainnya kepada pengguna mereka.
Meskipun promosi semacam ini dapat menguntungkan, namun juga dapat mempengaruhi keputusan pengguna untuk membeli barang atau layanan yang sebenarnya tidak diperlukan.
Pengguna dapat tergoda untuk menghabiskan lebih banyak uang hanya demi mendapatkan keuntungan singkat dari promosi tersebut.
3. Pengeluaran yang sulit terlacak: Kepraktisan e-wallet sering kali membuat pengguna tidak terlalu memperhatikan berapa banyak uang yang mereka keluarkan.
Transaksi e-wallet seringkali tidak langsung terhubung dengan rekening bank utama pengguna, membuatnya sulit untuk melacak secara rinci pengeluaran bulanan.
Hal ini dapat menyebabkan pengguna kehilangan kontrol atas pengeluaran mereka dan meningkatkan risiko boros.
4. Potensi kerentanan terhadap penipuan: Meskipun e-wallet menawarkan lapisan keamanan, namun risiko penipuan tetap ada.
Pengguna e-wallet harus berhati-hati terhadap upaya phishing, malware, atau serangan siber lainnya yang dapat mengakibatkan kebocoran informasi pribadi atau keuangan.
Penulis | : | Ayudya Winessa |
Editor | : | Ayudya Winessa |
Komentar