GridFame.id - Pasti Anda sudah sering lihat konten Adrian Maulana di media sosial kan?
Aktor tersebut kini viral dengan kontennya yang suka naik transportasi umum.
Ia bahkan tak masalah jika harus berdesakan di kereta atau bis TransJakarta seperti pekerja pada umumnya.
Diketahui ia memang sudah lama meninggalkan dunia artis.
Kini, Adrian Maulana disebut menjabat sebagai vice president di sebuah perusahaan asuransi.
Itu artinya, hidupnya tetap makmur meski sudah bukan jadi artis lagi.
Namun yang unik, ia bisa mengatakan bahwa hidupnya sangat tenang tanpa adanya utang.
Wah, kok bisa ya?
Padahal yang kita tahu jika artis itu erat hubungannya dengan cicilan dan juga utang.
Ternyata ada satu perubahan kecil yang dilakukan oleh Adrian Maulana.
Langsung simak yuk!
Diakui Adrian Maulana, gaya hidupnya pun turut berubah semenjak keluar dari dunia hiburan.
Pasalnya, ia harus menjadi pribadi yang lebih hemat.
Salah satu yang ia lakukan adalah memilah antara kebutuhan dan keinginan.
“Gaya hidup berubah menjadi lebih hemat. Saya mampu menahan hasrat untuk memenuhi keinginan,"
"Lebih baik hidup sesuai kebutuhan, bukan keinginan, di mana keinginan kerap kali hanya sebagai ajang aktualisasi diri,” beber Adrian Maulana lewat sebuah unggahan di reels Instagram.
"Saya belajar berhemat, mengatasi keinginan yang tidak perlu. Saya juga belajar bersyukur atas apa yang Allah titipkan. Mungkin tidak berlebih tapi cukup untuk sisa hidup bersama keluarga. Hidup nyaman tanpa utang," lanjut dia.
Untuk itu, penting untuk mengetahui apa saja kebutuhan yang bukan keinginan.
Kebutuhan bisa berupa benda yang harus dimiliki dan berpengaruh terhadap kehidupan sehari-hari.
Misalnya bahan makanan, sampo, sabun, pulsa, dan lain-lain.
Sementara keinginan biasanya tidak terlalu berpengaruh besar jika kita tidak membeli atau memiliki barang atau makanan tersebut.
Baca Juga: Hindari Kesalahan Ini Supaya Pelaku Usaha UMKM Tak Terjerat Utang Pinjol
Pasalnya, menurut laporan OJK bulan Juli 2023, kelompok usia 19 sampai 34 tahun menjadi penyumbang terbesar penerima kredit pinjol, yakni 54,06% atau mencapai Rp 27,1 triliun.
Di mana kelompok usia tersebut didominasi generasi milenial dan generasi Z.
Perencana Keuangan dari Tatadana Consulting Teja Sari menilai ada beberapa penyebab mayoritas anak muda menjadi nasabah pinjol.
Di antaranya adalah kurangnya kontrol diri terhadap keuangan karena mudah terpancing promosi dan iklan barang konsumtif.
Teja menilai kegiatan meminjam di pinjol ini tidak baik untuk masa depan generasi muda karena bisa menjadi kebiasaan berutang.
Pasalnya hal ini bisa menyebabkan gaji habis untuk membayar bunga pinjol sehingga tidak mempunyai tabungan.
"Kita kerja capek capek uangnya habis untuk bayar bunga aja. Padahal ke depannya ketika mereka sudah berkeluarga, biaya hidupnya akan semakin besar. Jadi, nggak punya aset, Nggak punya tabungan dan investasi. Sibuk nutupin hutang aja," imbuhnya.
Penulis | : | Lena Astari |
Editor | : | Lena Astari |
Komentar