Orang yang kurang akrab dengan praktik keamanan online dan tidak menyadari risiko penipuan seringkali menjadi target utama.
Mereka mungkin tidak dapat membedakan antara situs web resmi dan situs web palsu yang diciptakan oleh penipu.
Individu yang tidak hati-hati saat membuka email dari sumber yang tidak dikenal atau mengklik tautan yang diragukan dalam pesan teks atau pesan sosial cenderung lebih rentan terhadap serangan phishing.
Mereka yang menggunakan kata sandi yang lemah atau sama di berbagai platform online dapat dengan mudah menjadi sasaran penipu.
Jika satu akun terkena dampak, penipu dapat mencoba menggunakan informasi yang sama untuk mengakses akun lainnya.
Orang yang aktif di media sosial dan sering membagikan informasi pribadi atau detail kehidupan mereka secara online mungkin lebih rentan terhadap serangan phishing.
Baca Juga: Dapat Kiriman Email Pajak? Jangan Asal Klik, Ciri-ciri Link Phising
Penipu dapat memanfaatkan informasi tersebut untuk membuat pesan atau situs palsu yang lebih meyakinkan.
Individu yang sering melakukan transaksi online, terutama yang melibatkan informasi keuangan, dapat menjadi target utama.
Penipu sering mencari kesempatan untuk mencuri informasi kartu kredit atau data keuangan lainnya.
Orang yang jarang atau tidak pernah mengupdate perangkat lunak, sistem operasi, atau program keamanan di perangkat mereka dapat lebih rentan terhadap serangan phishing yang memanfaatkan celah keamanan yang belum diperbaiki.
Penting untuk diingat bahwa tidak ada orang yang sepenuhnya kebal terhadap penipuan online.
Oleh karena itu, edukasi tentang keamanan online dan penerapan praktik keamanan yang baik dapat membantu melindungi diri dari serangan phishing dan ancaman online lainnya.
Sebagian isi artikel ini dibuat dengan menggunakan bantuan kecerdasan buatan.
Baca Juga: Waspada! Modus Penipuan Penerima Bansos Berujung Phising, Lakukan Ini Jika Terlanjur Klik
Penulis | : | Hani Arifah |
Editor | : | Hani Arifah |
Komentar