Penipuan melalui social engineering seringkali memanfaatkan emosi manusia, seperti rasa takut, keinginan untuk membantu, atau rasa ingin tahu yang tinggi.
Penipu akan menciptakan situasi yang memancing respons emosional dari korbannya, sehingga korban cenderung bertindak tanpa berpikir rasional.
Penipu sering menggunakan informasi palsu atau mencurigakan untuk memperoleh kepercayaan korban.
Mereka mungkin mengaku sebagai tokoh otoritas, seperti bank, pemerintah, atau perusahaan terkemuka, dan meminta informasi pribadi atau keuangan korban.
Phishing adalah metode penipuan yang dilakukan dengan mengirimkan pesan atau email yang tampak sah kepada korban dengan tujuan untuk mencuri informasi pribadi, seperti kata sandi atau nomor kartu kredit.
Pesan-pesan ini sering kali meminta korban untuk mengklik tautan yang mengarah ke situs web palsu yang menyerupai situs asli.
Penipu sering kali menggunakan nama atau identitas palsu untuk membuat diri mereka terlihat sah.
Baca Juga: Marak Kasus Penipuan Barang yang Dijual Tak Sesuai di E-commerce Berikut Ciri-cirinya
Penipu sering menciptakan urgensi atau tekanan waktu yang tinggi dalam upaya untuk membuat korban bertindak dengan cepat tanpa berpikir panjang.
Mereka mungkin mengancam akan konsekuensi negatif jika korban tidak segera menanggapi permintaan mereka.
Untuk menghindari jebakan penipuan melalui social engineering, ada beberapa langkah yang dapat diambil:
Penulis | : | Ayudya Winessa |
Editor | : | Ayudya Winessa |
Komentar