3. Risiko Kredit Macet
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menjelaskan bahwa rasio kredit macet (NPL) di industri PayLater mendekati 8% atau 7,61% pada September 2022.
Ini menunjukkan bahwa banyak pengguna mengalami kesulitan dalam melunasi pembayaran mereka.
4. Target Konsumen Berpenghasilan Rendah
Layanan PayLater sering menargetkan konsumen berpenghasilan rendah yang cenderung tidak memiliki akses ke produk keuangan tradisional.
Hal ini dapat meningkatkan risiko finansial bagi kelompok yang rentan ini3.
5. Kurangnya Regulasi
Karena kebaruan layanan PayLater, undang-undang kredit konsumen yang ada tidak mencakupnya.
Kurangnya regulasi ini menempatkan pembeli pada risiko finansial yang lebih tinggi untuk mengakumulasi tingkat utang yang lebih tinggi.
6. Kesulitan Melacak Pembayaran
Pengguna PayLater sering berinteraksi dengan beberapa pemberi pinjaman melalui pengecer, yang membuatnya sulit untuk melacak semua pemberi pinjaman dan pengecer tempat mereka melakukan pembelian.
Baca Juga: Segini Bunga dan Denda BCA Paylater Kalau Sampai Telat Bayar
Meskipun PayLater dapat memberikan kemudahan dan meningkatkan daya beli, penggunaannya harus dilakukan dengan bijak dan bertanggung jawab.
Untuk kebutuhan sehari-hari, lebih baik mengandalkan anggaran yang telah ditetapkan dan menghindari penggunaan kredit yang tidak perlu yang dapat menyebabkan masalah finansial di masa depan.
Sebagai alternatif, pertimbangkan untuk menggunakan metode pembayaran yang lebih tradisional atau menabung terlebih dahulu sebelum melakukan pembelian besar.
Sebagian isi artikel ini ditulis dengan menggunakan bantuan kecerdasan buatan.
Baca Juga: Begini Trik Supaya Utang Lunas Meski Sudah Galbay Pinjol dan Paylater
Source | : | Copilot (AI) |
Penulis | : | Lena Astari |
Editor | : | Lena Astari |
Komentar