Find Us On Social Media :

Betolak Belakang dengan Ari Askhara, Mantan Dirut Garuda Ini Justru Pernah Selamatkan Perusahaan dari Kebangkrutan Padahal Sama-sama Baru Setahun Memimpin

Robby Djohan dan Ari Askhara

Robby bersedia dengan dua syarat,“Beri saya kewenangan mengambil orang-orang yang saya mau dan kasih waktu enam jam per hari.”

Tanri Abeng menyetujuinya dengan mengatakan, “Anda butuh enam, dua atau dua puluh jam sehari terserah asal pekerjaan selesai.”

Menurut Rhenald Kasali dalam "Change!" Robby sendiri mengakui tak tahu apa-apa tentang bisnis penerbangan.

Satu-satunya pengalaman yang dia miliki hanyalah menjadi penumpang.

Selebihnya dia menghabiskan hidupnya di dunia perbankan (Bank Niaga) dan perhotelan.

Wajar saja dia risau.

Apalagi utang Garuda saat itu telah mencapai 1,2 miliar dolar, lebih besar dari seluruh asetnya.

Selain itu, Garuda memiliki karyawan hampir 13.000.

Padahal kebutuhannya hanya sekitar 6.000 orang.

Baca Juga: Digelar Sederhana, Pernikahan Cut Tari dan Richard Kevin Tetap Bertabur Bintang, Dihadiri Aktor yang Friendzone dengannya

Banyak rute yang tidak produktif, sepi penumpang tetapi dibiarkan bertahun-tahun.

Citra pelayanannya buruk, sering delay tanpa pemberitahuan.

Sehingga Garuda diplesetkan sebagai "Garuda Always Reliable Until Delay Announced".

“Singkatnya, Garuda telah salah urus,” tulis Rhenald.

Menurut Roby Djohan dalam bukunya, "The Art of Turn Around", manajemen Garuda tidak pernah diurus secara profesional; pengangkatan CEO tidak berdasarkan keahlian manajerial, keputusan-keputusan strategis tidak diambil oleh direksi tapi oleh siapa saja dari Cendana, BPPT, Menteri Perhubungan, atau Menteri Keuangan.

Akibatnya, banyak kontrak aneh.