Wong Yu (26), seorang guru di Wuhan, menceritakan pengalamannya kepada Guardian masuk kembali ke kehidupan normal, yang ternyata tidak mudah.
Rasanya tidak berlebihan jika dikatakan sejak tanggal 23 Januari, ketika pemerintah menetapkan lockdown di Wuhan, kehidupan di negaraku berubah. Kami harus bertahan menghadapi epidemi, dikunci di rumah, dan menerima berbagai kabar buruk. Kami menghadapi rasa takut, cemas, dan kemarahan.
Setelah melalui berbagai musibah dan bencana sebelumnya, aku merasa sudah siap secara emosional. Tapi, tak ada orang yang bisa siap untuk ini. Selama dua bulan terakhir, terlalu banyak hal menakutkan yang terjadi. Aku dan semua warga Wuhan lain harus berusaha sebaik mungkin menghadapinya.
Banyak orang yang tetap memposting kehidupan sehari-hari mereka di media sosial. Aku rasa itu adalah salah satu cara untuk menghadapi masalah. Terkadang, berpura-pura sesuatu itu tidak ada adalah cara untuk melalui sebuah hal.
Kini setelah banyak pasien yang sembuh, lockdown di Wuhan perlahan dibuka. Tapi, tidak mudah untuk kembali dari kematian. Kehidupan kami sudah benar-benar berubah. Kembali pada kehidupan sebelumnya ternyata menghadapi tantangan tersendiri.
Aku pertama kali keluar rumah setelah kebijakan lockdown dicabut pada 29 Maret. Itu adalah musim semi yang dingin. Namun, jika dibandingkan dengan suhu minus 10 derajat celcius saat musim dingin, cuaca di musim semi ini terasa enak.