Find Us On Social Media :

Sedikit Melegakan, Ahli Pernapasan Ini Sebut Covid-19 Mungkin Miliki Efek Lebih Ringan Bagi Pasien yang Sudah Sembuh Dibanding Penyintas Sars, Tapi Perlu Waspada Ini!

Ilustrasi tenaga medis yang sedang merawat pasien Covid-19.

GridFame.id - Kondisi di Indonesia usai masuknya virus corona nampak semakin memprihatikan.

Hingga kini jumlah pasien positif Covid-19 bahkan masih terus bertambah.

Sampai Minggu (26/4/2020) ini, tercatat sudah ada 8607 kasus positif corona.

1042 pasien dinyatakan sembuh, 720 meninggal dunia, dan sisanya masih dalam perawatan.

Baca Juga: Nekat Nikah di Tengah Pandemi Corona, Zaskia Gotik dan Sirajuddin Akhirnya Bongkar Alasan Nikah Siri, Akan Diresmikan Negara Pada Bulan Ini

Saat ini meski jumlah pasien Covid-19 cukup tinggi, tetapi jumlah pasien yang sembuh juga cukup signifikan.

Banyak dari mereka yang sehat dan "berenergi" dengan fungsi paru-paru sudah normal lagi.

Hal tersebut disampaikan oleh ahli pernapasan di Hong Kong.

Ia juga sebutkan virus Corona memiliki after-effect atau efek samping yang lebih ringan pada para penyintas dibandingkan yang dialami penyintas Sars.

Namun Dr. David Hui Shu-cheong ingatkan jika Hong Kong harus bersiap untuk "perang yang panjang" melawan pandemi tersebut sampai vaksin siap di tahun depan.

Pasalnya bertambahnya kasus akan bertambah lagi dengan belahan bumi selatan memasuki musim dingin pada Juni mendatang, dan juga sama di Hong Kong akan alami musim dingin pada Desember.

Hong Kong telah mencatat 1035 kasus Covid-19 dengan empat kefatalan.

Dari itu, 725 pasien telah sembuh, atau sekitar 70 persen dari seluruh kasus.

Dr. Hui, ketua departemen pengobatan dan terapi di Chinese University mengatakan dokter di Prince of Wales Hospital, yang bekerjasama dengan institusinya telah menambahkan lebih dari 10 pasien sembuh dan pulang.

Semuanya tunjukkan tidak ada efek samping setelah infeksi.

Baca Juga: Kabar Kim Jong Un Meninggal Jadi Trending, Pakar Semenanjung Korea Ungkap Kondisi Pemimpin Korea Utara Itu

"Dari 70 pasien yang dirawat di Prince of Wales Hospital, sekitar separuhnya telah sembuh dan lebih dari 10 orang telah lakukan perjanjian follow-up.

"Semua paru-paru mereka normal, dan mereka bisa bernapas normal tanpa kesulitan apapun," ujarnya dalam program radio pada Sabtu.

Awal Maret lalu, studi lain oleh Princess Margaret Hospital, temukan jika 2 dari 3 pasien di antara 12 kasus sembuh masih kesulitan bernapas.

Hui menyebut perlu waktu untuk melihat adakah konsekuensi jangka panjang dari infeksi Covid-19, tetapi perbandingan dengan pasien Sars di tahun 2003 tunjukkan perbandingan berarti.

Untuk dibandingkan di Hong Kong saja dari 1035 pasien Covid-19, hanya 5 persen dirawat di ICU dan di antara mereka, 30 orang memiliki pola sama yaitu adanya permukaan mengkilat dan beku di paru-paru mereka.

Sementara saat wabah Sars, seperempat dari 1755 pasien berada di ICU.

"Aku mengikuti para pasien Sars selama dua tahun setelah wabah itu ada, dan 20 persen dari mereka yang pernah berada di ICU masih merasakan efek di paru-paru mereka," ujar Hui.

"Jika dibandingkan, kita memiliki lebih sedikit orang yang ada di ICU saat ini, dan sepertinya pasien Covid-19 yang lain bisa sembuh sepenhnya, seiring dengan tubuh dapat membaik sendiri," tambahnya.

Rata-rata lama inap pasien Covid-19 di rumah sakit adalah 17 hari, dan sebagian besar memiliki viral load rendah setelah 10 hari.

Baca Juga: Jalani Ramadan di Tengah Pandemi Covid-19, Ini Pedoaman Puasa oleh WHO untuk Masyarakat Dunia, Terutama Bagi yang Sakit!

Ada juga yang masih diisolasi yang menunggu tes selanjutnya untuk mengkonfirmasi jika virus di dalam mereka telah mati.

Mereka bisa bermain dengan telepon mereka, berolahraga selama isolasi dan sebagian dari mereka sangat sehat dan enerjik.

Meski begitu, laju penyebaran virus ini masih mencemaskan banyak pihak.

Sebagai penasihat penyakit menular kepada pemerintah, Hui setuju jika penyebaran Covid-19 telah melemah di beberapa minggu terakhir.

Namun tantangannya masih banyak.

"Kami telah melihat banyak kasus di seluruh dunia, dan masih ada kasus gelombang kedua di pulau China.

"Oleh sebab itu, kita harus tetap waspada," ujar Hui.

Di bulan Juni, Australia dan Selandia Baru mungkin laporkan lebih banyak kasus pada musim dingin, dan Hong Kong juga bisa alami hal yang sama pada Desember.

"Ini adalah pandemi satu kali dalam seabad, dan tidak cukup bagi semua negara untuk hanya baik-baik saja," ujar Hui.

"Kontrol infeksi yang kita miliki, termasuk penggunaan masker, mungkin masih perlu dilakukan sampai pertengahan Juni tahun depan, saat vaksin akhirnya benar-benar siap."

Hui merasa tertekan terlebih membahas pengelolaan aturan jaga jarak, harusnya masih perlu dijaga denga ketat dan China jangan segera membuka perbatasan mereka.

Di akhir diskusi, ia katakan jika jumlah kasus lokal tetap rendah di Hong Kong pada dua minggu ke depan, beberapa peraturan dapat dihentikan seperti perbolehkan pegawai sipil kembali bekerja, membuka kembali beberapa tempat kerja dan melanjutkan sekolah mulai pertengahan Mei.

Baca Juga: Masuki Bulan Ketiga Covid-19 di Indonesia, Denny Darko Akhirnya Bongkar Jalan Keluar Bisa Bebas dari Polemik Virus Corona

Artikel ini sudah pernah tayang di Intisari dengan judul Kabar Cukup Baik, Covid-19 Mungkin Miliki Efek Lebih Ringan Bagi Pasien yang Sudah Sembuh jika Dibandingkan dengan Sars, 'Paru-paru Terbukti Bekerja Normal Lagi!'