"Saking aku kagetnya, 30 jam berdiri kerja dan 6 jam untuk makan dihitung waktu istirahat. Enggak masuk akal," seru Hansol kesal.
"Tetapi mereka enggak bisa lepas dari lingkungan kerja budak, passport kemungkinan dirampas, mereka enggak punya deposit dalam jumlah besar sehingga enggak bisa kabur. Jadi mereka terikat disitu," tambahnya.
Tak sampai disitu saja, Hansol sampai tak mampu berkata-kata saat dirinya mengetahui besar upah yang diterima para ABK.
Hal itu sampai membuatnya menutup mulut dan terdiam beberapa saat untuk bisa menerima ketidakadilan ini.
"Lima diantara nelayannya setelah bekerja selama 13 bulan hanya dibayar 120 US dollar, hanya 1,7 juta rupiah atau 140.000 won. Berarti gaji bulanannya itu Rp 100 ribu," ungkapnya.
Saat ini beberapa WNI masih berada di Korea, sementara kapal China yang membawa mereka telah kabur dua hari sebelumnya.
Pemerintah Indonesia mulai bergerak mengusut kasus ini untuk menemukan titik terang.