GridFame.id - Nama Jang Hansol baru-baru ini sedang viral di masyarakat Indonesia.
Hal ini lantaran dirinya menjadi sumber terungkapnya kasus eksploitasi manusia yang baru-baru ini menjadi trending di Korea.
Memiliki darah Korea, Jang Hansol lantas membantu dengan menerjemahkan keseluruhan isi berita MBC itu.
Dirinya yang telah lama tinggal di Indonesia dan mencintai tanah air ikut sedih melihat kasus yang terjadi saat ini.
Dimana tiga orang ABK kapal China yang meninggal, jasadnya dibuang begitu sana di laut.
Sementara yang lainnya mengalami perlakuan tidak manusia dan lebih bisa dibilang perbudakan manusia.
"Waktu berita ini naik aku udah nonton dan ada yang email mas Hansol tolong berita ini diberitakan karena belum sampai di Indonesia," ujar Hansol.
Hansol menjelaskan bahwa MBC mendapatkan kasus ini dari sejumlah WNI yang melaporkannya saat kapal singgah di Busan, Korea.
"Ini mas Ari orang Indonesia usia 24 tahun. Bekerja sudah 1 tahun dan akhirnya meninggal dibuang ke laut," terang Hansol sembari menunjukkan video proses pembuangan jasad ke laut.
Sebelum Ari, telah ada dua orang yang juga jasadnya dibuang ke laut yakni Sefri (24 tahun) dan Al Fattah (19tahun).
Hansol mengaku terkejut lantaran ternyata, para WNI ini sebenarnya memiliki surat perjanjian sebelum mulai bekerja.
Perjanjian tertulis itu menyatakan mereka akan mendapat asuransi sebesar 150 juta apabila meninggal dunia dan jasadnya dikremasi untuk kemudian dipulangkan ke Indonesia.
Selama bekerja, para ABK ini juga mengalami tindakan diskriminasi yang membuat mereka terus terikat dan tak bisa kembali pulang.
"Mereka itu bawa air mineral tapi itu untuk nelayan China, untuk Indonesia disuruh minum air laut yang difiltrasi. Sepertinya kondisi badan memburuk karena itu," jelasnya.
Para ABK diharuskan bekerja selama 30 jam dalam satu hari dengan waktu istirahat yang sangat sebentar.
"Saking aku kagetnya, 30 jam berdiri kerja dan 6 jam untuk makan dihitung waktu istirahat. Enggak masuk akal," seru Hansol kesal.
"Tetapi mereka enggak bisa lepas dari lingkungan kerja budak, passport kemungkinan dirampas, mereka enggak punya deposit dalam jumlah besar sehingga enggak bisa kabur. Jadi mereka terikat disitu," tambahnya.
Tak sampai disitu saja, Hansol sampai tak mampu berkata-kata saat dirinya mengetahui besar upah yang diterima para ABK.
Hal itu sampai membuatnya menutup mulut dan terdiam beberapa saat untuk bisa menerima ketidakadilan ini.
"Lima diantara nelayannya setelah bekerja selama 13 bulan hanya dibayar 120 US dollar, hanya 1,7 juta rupiah atau 140.000 won. Berarti gaji bulanannya itu Rp 100 ribu," ungkapnya.
Saat ini beberapa WNI masih berada di Korea, sementara kapal China yang membawa mereka telah kabur dua hari sebelumnya.
Pemerintah Indonesia mulai bergerak mengusut kasus ini untuk menemukan titik terang.