Find Us On Social Media :

Di Tengah Pandemi Corona, Para Ilmuwan Justru Peringatkan Dunia Soal Fase 'Lockdown' Matahari yang Akan Sebabkan Banyak Peristiwa Alam, Waspada Bebagai Bencana!

Ilustrasi Matahari

GridFame.id – Pandemi virus corona masih jadi perhatian masyarakat dunia.

Virus ini pun masih menjadi momok yang menakutkan bagi banyak negara di dunia.

Pasalnya, meski telah berbulan-bulan, penularan virus masih terjadi yang mengakibatkan jumlah kasus terus bertambah setiap harinya.

Terlebih lagi, vaksin untuk memberantas virus corona ini juga belum ditemukan.

Baca Juga: Masih Rasakan Tagihan Listrik Melonjak? Begini Cara Cek Sendiri Tagihan via PLN Mobile

Di saat wabah virus corona masih belum menemui titik terang, kini dunia justru dihadapkan dengan bayang-bayang terjadinya bencana.

Hal tersebut berawal dari periode ‘lockdown’ yang saat ini tengah dialami oleh matahari.

Mengutip dari Kompas.com, para ilmuwan mengatakan, matahari saat ini tengah memasuki periode ‘lockdown’ yang berpotensi menimbulkan berbagai bencana seperti gempa bumi, cuaca beku, dan kelaparan.

Rupanya, lockdown yang dimaksud adalah aktivitas permukaan matahari yang sedang turun drastis, karena berada dalam periode solar minimum (minimum matahari).

Akibat hal tersebut, sinar matahari pun mengalami penurunan drastis yang ditandai dengan bintik matahari yang menghilang.

“Solar minimum sedang berlangsung, dan ini parah,” ujar Astronom Dr Tony Phillips dikutip dari The Sun via Kompas.com, Minggu (17/5/2020).

Baca Juga: Sempat Ungkap Idap Penyakit Mematikan, Femmy Permatasari Harus Jalani Operasi di Tengah Pandemi Karena Susah Bernapas dan Tak Bisa Tidur: 'Efek 20 Tahun Lalu'

Menurut Philips dari jumlah bintik matahari yang ada, kondisi saat ini termasuk yang terparah dalam satu abad terakhir.

Karena hal tersebut, medan magnet matahari sontak menjadi lemah, memungkinkan sinar kosmik ekstra ke tata surya.

"Kelebihan sinar kosmik menimbulkan bahaya kesehatan bagi para astronot dan perubahan udara kutub, memengaruhi elektro-kimia atmosfer bumi, dan dapat membantu memicu petir," ujarnya.

Kondisi ini pun membuat para ilmuwan NASA khawatir Dalton Minimum yang pernah terjadi antara tahun 1790 dan 1830 kembali terjadi.

Pasalnya, pada saat Dalton Minimum terjadi, suhu menjadi sangat dingin, munculnya letusan besar gunung berapi, gagal panen, dan timbulnya kelaparan.

Saat itu, suhu bahkan anjlok hingga 2 derajat celcius selama 20 tahun dan produksi pangan dunia merosot.

Salah satu efek Dalton Minimum di Indonesia adalah letusan Gunung Tambora pada 10 April 1815, yang menewaskan sedikitnya 71.000 orang.

Dampak lainnya, saat itu, juga menjadi tahun tanpa musim panas di tahun 1816.

Melansir dari Forbes yang menukil data dari Spaceweather.com, sudah ada 100 hari di tahun 2020 ini, di mana matahari menunjukkan nol bintik matahari.

Tahun ini, matahari pun telah mengalami kekosongan tanpa bintik sebesar 76 persen.

Sementara itu, pada tahun 2019, matahari sempat mengalami kekosongan sebesar 77 persen. Dua tahun berturut-turut sedikit bintik membuat minimum matahari semakin parah.

Baca Juga: Banyak Dicecar Usai Beri 'Panggung' Pada Indira Kalistha, Deddy Corbuzier Beri Pembelaan: 'Ingat Kasus Ferdian Paleka?'

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Ilmuwan: Matahari dalam Fase 'Lockdown', Waspadai Berbagai Bencana".

Belum Kelar Wabah Virus Corona, Para Ilmuwan Malah Sebut Seantero Dunia Tengah ‘Dihantui’ Gempuran Banyak Bencana Akibat dari Peristiwa Alam Ini, Ada Apa?