Kala itu, Tukul paham betul bahwa wajahnya yang seperti itu bisa dijadikan modal utama untuk melawak.
"Modalnya muka Ayah kayak muka pelawak.
"Alhamdulillah diarahkan ke Jakarta, karena Jakarta adalah barometernya. Kalau bisa menaklukan Jakarta, bisa menaklukan semuanya, akhirnya jadi pelawak," ucap Tukul.
Tukul menyebut bahwa lawakannya bukan sekedar lawakan yang membuat penonton tertawa.
Tukul tetap mengutamakan etika dan sopan santun agar lawakannya berkualitas.
"Ngelawak bukan asal ngelawak, tapi punya sopan santun, ngelawak yang punya tata karma, tata bahasa, ngelawak yang cantik dan mencerdaskan pemirsa juga," ujarnya.