Hal ini sejalan dengan WHO yang dalam panduan terbarunya (31 Maret 2021) menegaskan bahwa Ivermectin hanya dapat dipergunakan dalam rangka uji klinik.
Efek samping Ivermectin untuk terapi Covid-19 bisa lebih parah Ivermectin terdaftar di Indonesia dengan sediaan kaplet 12 mg. Obat ini diberikan dalam dosis tunggal, biasanya satu tahun sekali, untuk membunuh cacing dan larvanya di rongga perut.
Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Prof Dr dr Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB, berkata bahwa ketika digunakan dengan indikasi tersebut, Ivermectin dapat menimbulkan efek samping langsung berupa diare, ngantuk, mual dan muntah.
Pada pasien dengan gangguan liver, Ivermectin bahkan bisa menyebabkan perburukan fungsi hati.
"Sejatinya obat ini kerjanya lokal untuk membunuh larva atau cacing di usus, sehingga kalau ini (Ivermectin) akan ada di dalam darah untuk membunuh virus tentu akan membutuhkan dosis yang lebih besar lagi," ujar Ari.
Dia melanjutkan, ini yang jadi pertanyaan, berapa dosis yg harus diberikan (dan) perlu berapa lama? Ini yang perlu studi-studi lebih lanjut.