Guru Besar Fakultas Farmasi UGM, Prof. Dr. Zullies Ikawati, Apt, juga sependapat. Dia berkata bahwa efek samping Ivermectin yang terdaftar dalam database WHO memang terkesan ringan, yakni diare, gatal dan sakit kepala.
Namun, itu hanya untuk dosis Ivermectin sebagai obat anti parasit dengan mekanisme kerja lokal, serta hanya digunakan setahun sekali atau enam bulan sekali.
"Itu saja sudah ada beberapa catatan terkait dengan laporan efek samping, apalagi jika dipakai untuk Covid-19 dengan dosis yang tentu saja akan berbeda dengan yang dipakai untuk anti parasit," kata Zullies.
Dosis yang lebih besar atau masa pakai yang lebih lama tentu berimplikasi pada efek sampingnya yang lebih besar juga.
"Belum tentu juga kadar obat dalam darahnya bisa tercapai untuk menimbulkan efek sebagai antiviral, tetapi mungkin justru efek sampingnya yang bisa muncul," ujarnya.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Ivermectin Obat Keras, Penggunaannya untuk Covid-19 Bisa Timbulkan Efek Samping Besar "