GridFame.id - Indonesia bersorak gembira!
Pasangan Greysia/Apriyani berhasil mengamankan medali emas setelah mengalahkan wakil China, Chen Qingchen/Jia Yifan, tepatnya di final Olimpiade Tokyo 2021.
Berlangsung di Musashino Sports Plaza, Senin (2/7/2021), duet Greysia/Apriyani menang atas lawannya tersebut dengan skor 21-19 dan 21-15 di final sektor ganda putri.
Kemenangan tersebut membuat pasangan Greysia/Apriyani mempersembahkan medali emas perdana untuk Indonesia dalam partisipasinya di Olimpiade edisi kali ini.
Permainan Greysia Polli dan Apriyani Rahayu sukses mengaduk perasaan seluruh masyarakat Indonesia yang turut mendukung dari rumah.
Meski selisih umur antara keduanya cukup jauh, 10 tahun namun Greys dan Apri terlihat begitu kompak dan penuh semangat.
Dikenal sebagai pemain bulu tangkis yang selalu ceria, Apriyani Rahayu ternyata memiliki masa lalu yang begitu pahit.
Apriyani Rahayu merupakan gadis kelahiran 29 April 1998 di Kabupaten Konawe, salah satu daerah di Sulawesi Tenggara.
Tumbuh dari keluarga sederhana, tak mudah bagi Apriyani untuk meraih mimpinya menjadi atlet bulu tangkis.
Dilansir dari Tribunnews.com, Apriyani bahkan tak banyak tahu tentang dunia bulu tangkis yang kini membesarkan namanya.
Hal itu ia ceritakan dalam live Instagram Badminton Indonesia yang dipandu oleh staf PBSI, Widya Amelia, Sabtu (25/7/2020).
“Awalnya saya itu dari hobi. Tidak melihat siapa-siapa. Tahu Susy Susanti Cuma nama aja tapi tidak pernah lihat dia mainnya seperti apa,” cerita Apriyani seperti dikutip dari Tribunnews.com.
Kondisi keuangan yang serba pas-pasan membuat Apri pun hanya bisa melampiaskan hobinya dengan alat seadanya.
"Terus awal itu ayah belum bisa beliin raket, jadi dia bikin dari kayu. Benar-benar dari kayu belum pakai senar. Dia kreatif banget, habis itu ada raket bekas terus talinya pakai benang pancing,” kata Apri.
“Dulu masih kecil, sampai kok ancur masih dipakai saja, disimpan buat main besok. Waktu itu kecil ada raket Astec warna biru, setiap putus senarnya saya rajut ulang lagi," sambungnya.
"Setiap tidur saya peluk tuh raket. Tidak pernah bermimpi untuk jadi pemain, itu sebelum masuk klub ya,” tambahnya.
"Pas tidur kenapa bawa tuh raket terus, tidak tahu tuh kenapa. Pas waktu masuk klub baru dan mulai pengen banget bisa jadi pebulutangkis, baru ada mimpi. Sampai sekolah juga saya lupain jadi fokus ke bulutangkis,” kenang Apriyani.
Melihat kesungguhan anaknya bermain bulu tangkis, sang ayah, Amiruddin Pora lantas memasukkan anaknya ke klub badminton di daerahnya.
"Boleh dikata, Apriyani belum lancar bicara sudah bermain bulu tangkis," beber Amiruddin saat ditemui dikediamannya di Kelurahan Lawulo, Kecamatan Anggaberi, Minggu (01/8/2021) seperti dikutip dari Tribunnewsmaker.com.
"Almarhum mamanya pemain bulu tangkis, jadi itu ada raket bekas. Mamanya kadang dia wakili Dinas dulu di Provinsi," sambungnya.
"Belum bisa beli raket dulu, masih disambung-sambung (tali senar)," tambahnya.
Suatu hari Apriyani dan orang tuanya pernah didatangi pihak lawan yang mengiming-imingi sepatu dan baju baru agar dia mau kalah di pertandingan.
Dengan tegas, Apriyani yang berjiwa teguh itupun menolak mentah-mentah dan mempertahankan mimpinya menjadi juara.
"Masih bisa dia belikan papah ku, saya mau ke Jakarta. Menangis dia," pungkas Amiruddin.
Amir sendiri tak menyangka putrinya akan tumbuh menjadi atlet nasional yang begitu hebat dan membanggakan tanah air.
Dukungan dan doanya untuk Apri juga tak pernah terputus meski kini ibunda Apri tak bisa melihat kesuksesan putrinya karena telah meninggal 2015 lalu.
Amir meyakini sang istri pun akan turut bangga melihat anak kesayangan mereka mengikuti jejaknya mencintai bulu tangkis.