Find Us On Social Media :

Memperingati Hari Kesehatan Mental Sedunia 10 Oktober 2021, Ini Pentingnya Akses Layanan Kesehatan yang Merata Untuk Menekan Tingkat Depresi

Hari Kesehatan Mental sedunia.

GridFame.id - Hari ini, Minggu 10 Oktober 2021 merupakan peringatan Hari Kesehatan Mental Sedunia.

World Mental Health Day dirayakan di hampir seluruh negara di dunia.

Masalah kesehatan mental di kalangan masyarakat masih menjadi topik penting.

Apalagi di masa pandemi Covid-19 seperti sekarang di mana berbagai sektor kehidupan ikut terdampak.

Masalah kesehatan mental sudah tak bisa disepelekan mengingat angka kematian akibat gangguan jiwa meningkat.

Ditambah lagi dengan kurangnya kesadaran soal pentingnya akses layanan kesehatan mental di kalangan masyarakat menengah ke bawah.

Memang apa saja pentingnya akses layanan kesehatan mental yang merata?

Baca Juga: Selain Pecahan 75 Ribu, Ada Juga Koin 850 Ribu yang Diluncurkan Saat HUT RI

Setiap tanggal 10 Oktober, negara-negara di seluruh dunia merayakan Hari Kesehatan Mental Sedunia atau World Mental Health Day. Di tahun 2021, World Federation for Mental Health (WFMH) mengusung tema "Mental Health in an Unequal World". Tema tersebut menyoroti ketidakadilan perawatan kesehatan mental karena faktor-faktor seperti gender, orientasi seksual, dan pendapatan ekonomi. Secara khusus, WFMH juga menekankan, 75-90 persen orang di negara berpenghasilan rendah dan menengah tidak memiliki akses ke layanan kesehatan mental yang layak. Di Indonesia, data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan, lebih dari 19 juta penduduk berusia di atas 15 tahun mengalami gangguan mental emosional. Lalu, lebih dari 12 juta penduduk mengalami depresi. Selain itu, berdasarkan Sistem Registrasi Sampel yang dilakukan Badan Litbangkes tahun 2016, diperoleh data bunuh diri pertahun sebanyak 1.800 orang.

Baca Juga: Dalam Rangka Kemerdekaan RI ke-76, Kalbe, Kompas Gramedia dan BKKBN Kolaborasi Gelar Sentra Vaksinasi: Bangkit untuk Merdeka dari Covid-19!

Atau, setiap hari ada lima orang melakukan bunuh diri, serta 47,7 persen korban bunuh diri adalah pada usia 10-39 tahun yang merupakan usia anak remaja dan usia produktif.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Masalah Kesehatan Jiwa dan Napza Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Dr Celestinus Eigya Munthe mengatakan, sampai saat ini belum semua provinsi mempunyai rumah sakit jiwa. Sehingga, tidak semua orang dengan masalah gangguan jiwa mendapatkan pengobatan yang seharusnya. Permasalahan lain, lanjut Celestinus, adalah terbatasnya sarana prasarana dan tingginya beban akibat masalah gangguan jiwa.

"Masalah sumber daya manusia profesional untuk tenaga kesehatan jiwa juga masih sangat kurang," kata dia seperti dikutip dari laman Kemenkes, Kamis (7/10/2021). "Karena sampai hari ini jumlah psikiater sebagai tenaga profesional untuk pelayanan kesehatan jiwa kita hanya mempunyai 1.053 orang," sambung dia. Artinya, satu psikiater melayani sekitar 250 ribu penduduk. Menurut dia, hal ini menjadi suatu beban yang sangat besar dalam upaya meningkatkan layanan kesehatan jiwa di Indonesia.

Baca Juga: Begini Cara Bikin SIM Gratis di Seluruh Indonesia Dalam Rangka Hari Bhayangkara Ke-74

Dampak pandemi Covid-19 Tema Hari Kesehatan Mental Sedunia yang diangkat WFMH sekaligus mencerminkan bagaimana dampak pandemi Covid-19 semakin menampilkan akses kesehatan mental yang tidak setara. Kondisi tersebut juga menciptakan masalah kesehatan mental baru pada orang-orang di seluruh dunia. Pada intinya, momen ini adalah pengingat akan beratnya kesehatan mental bagi setiap orang dan bahaya mengabaikannya. "Kesehatan mental sangat terkait dengan hampir setiap masalah sosial yang kita hadapi dan trauma global yang diciptakan," kata Dan Hoffmann, anggota pendiri dan kepala pemasaran organisasi nirlaba Project Healthy Minds.

Baca Juga: Asyik! Kartu Prakerja Gelar Pelatihan Gratis Dalam Rangka HUT RI, Ini Jadwal Lengkap dan Cara Daftarnya Bisa Pakai HP "Momok perang, ketakutan akan kekerasan, rasa sakit akibat kekerasan rasial dan ketidakadilan, dan banyak lagi masalah lainnya memiliki dampak mendalam pada kesehatan mental," ujar dia. Ditambah lagi, pandemi Covid-19 juga telah menciptakan tantangan kesehatan mental baru dan memperburuk yang lain.

"Untuk mengatasi masalah ini, individu harus memiliki akses ke informasi tentang bagaimana kesehatan mental terwujud dan perawatan apa yang tersedia," ungkap profesor psikologi di Tulane University Traumatology Institute, Charles Figley.

Tantangan dan intervensi yang bervariasi Pengalaman setiap orang sangat bervariasi berdasarkan lokasi, budaya, dan pengalaman mereka, yang semuanya harus dipertimbangkan saat memperluas perawatan kesehatan mental. "Setiap budaya masyarakat memiliki kebiasaan, nilai, dan norma komunitasnya sendiri yang unik," kata koordinator proyek untuk organisasi Project HOPE, Rawan Hamadeh. "Sangat penting bahwa kesehatan mental didekati dengan cara yang mengutamakan budaya dan adat istiadat setempat, serta menawarkan perawatan kesehatan mental dengan cara yang kompeten secara budaya," tutur dia. Hamadeh juga menambahkan, poin yang perlu dipertimbangkan termasuk: • Tingkat stigma dalam mencari layanan kesehatan mental. • Aksesibilitas ke layanan kesehatan mental berkualitas tinggi. • Banyaknya teknik penyembuhan alternatif. • Spiritualitas dan ritual keagamaan. • Ada atau tidak adanya mekanisme dukungan keluarga atau sosial. • Frekuensi kekerasan berbasis gender.

Baca Juga: Tak Perlu Obat Mahal, Nyatanya Air Rebusan Daun Kelapa Ampuh Atasi Tekanan Darah Tinggi, Begini Penjelasannya Pandemi global dapat berdampak buruk pada kesehatan mental sebagian besar individu di seluruh dunia. Tetapi keadaan, stresor tambahan, dan dukungan yang mereka terima dari pengalaman yang dibagikan secara luas ini akan berbeda. "Kesehatan mental itu unik karena kita merasakan dampak dari peristiwa lokal dan global," kata Hoffmann. "Kami merasakan dampak langsung dari peristiwa yang terjadi di komunitas kami, tetapi tantangan kesehatan mental juga dapat dipicu dengan melihat peristiwa traumatis merugikan komunitas lain di seluruh dunia," imbuh dia.

 

Artikel Ini Telah Tayang Sebelumnya di Kompas.com dengan Judul "Hari Kesehatan Mental Sedunia dan Pentingnya Akses Layanan yang Merata"