GridFame.id - Dunia hiburan kehilangan legenda komedian Betawi sudah tiada.
Komedian dan juga presenter, Okky Lukman begitu berduka pilu kehilangan sang maestro.
Okky Lukman membagikan kabar duka lewat akun instagram miliknya.
Duka mendalam diungkapkan Okky mengenang sosok sang komedian yang kini sudah tiada.
Okky nampak terkejut dengan kabar meninggalnya sang komedian.
"Innalillahi wa innalillahi rojiun," tertulis di sosial media.
Tak hanya Okky Lukman, Wendi Cagur pun ikut berduka kehilangan sang komedian senior.
Sang komedian berpulang selama-lamanya karena sakit komplikasi paru-paru dan diabetes.
Berkaca pada sang komedian yang diketahui jarang memeriksakan kesehatannya, bagi para penderita diabetes mohon jangan sepelekan risikonya memang bisa fatal.
Komedian Omas Sudah Tiada
Duka dirasakan para komedian Indonesia setelah mendengar kabar meninggalya komedian wanita Omaswati alias Omas.
Meskipun sudah cukup lama namun nama Omas masih membekas dalam ingatan keluarga dan para penggemarnya.
Okkky Lukman begitu kehilangan sosok wanita asal Betawi yang sangat ia kagumi, Tribunnews.
"Turut berduka cita atas berpulangnya seorang legenda komedian wanita betawi mpok omas," tulis Okky di akun instagramnya, @Okidatanglagi.
Okky juga menuliskan doa bagi mendiang Omas dan keluarga yang ditinggalkan diberikan kekuatan ditinggal komedian yang khas dengan gaya bicara nyablak dan suara melengking itu.
"Semoga almarhumah husnul khotimah dan keluarga yg di tinggalkan diberikan ketabahan kesabaran dan keikhlasan. Selamat jalan mpok sayang," kata Okky.
Komedian dan presenter Wendi Cagur pun ikut merasa kehilangan sosok Omas, yang juga dianggap Wendi sebagai sosok legenda lenong dan komedi di Indonesia.
"Selamat jalan mpok Omas. Selamat jalan salah satu Legenda lenong dan komedi Indonesia. Alfatihah," tulis Wendi di instagramnya, @wendicagur.
Doa dipanjatkan Wendi untuk almarhumah Omas supaya mendapat tempat terbaik di sisi Allah serta juga mendokan keluarga yang ditinggalkan.
"Semoga Almarhumah ditempatkan di sisi terindah. Diampuni segala khilafnya. Diterima segala amal ibadahnya. Dan keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan," kata Wendi.
Omas meninggal di usia 54 tahun dan dikabarkan mulai mengalami sakit paru-paru sejak awal tahun 2020 ini.
Komedian Omas Tak Berani Periksa Kesehatan Sebelum Meninggal Dunia
Komedian Mandra menuturkan bahwa almarhumah adiknya, Omaswati memang takut dengan jarum suntik dan dokter.
Itu sebabnya, komedian yang meninggal di usia 54 tahun itu jarang memeriksakan kondisi kesehatannya.
"Setahu saya sih dia takut suntik, lihat dokter aja lari," kata Mandra di rumah duka kawasan Jl Swadaya 1, Depok Jawa Barat.
Omaswati kekeuh tak memeriksakan kondisi kesehatannya meski sudah dibujuk saudaranya untuk ke dokter.
"Dianya nggak mau, padahal yang lain udah berusaha bujuk. Kalau masih bisa berontak banyakan tereaknya bahwa dia gak kenapa kenapa" terang Mandra.
Pada akhirnya sejak beberapa bulan lalu Omas kerap memanggil dokter ke rumahnya untuk memeriksakan kondisinya.
"Ya gimana cari jalan keluarnya, alhasil ada dokter yang cek dia bawa dokter ke sini tapi kan paling tidak kan ada yang harus ditanganin di rumah sakit," ujarnya
"Nggak cukup dokter dateng, maunya dikasih obat ya pokoknya kayak anak kecil lah," lanjut Mandra, dikutip dari Tribunnews.
Ini Pentingnya Cek Gula Darah Rutin Bagi Para Penderita Diabetes
Kadar gula darah yang terkendali merupakan kunci untuk menghindari atau memperlambat timbulnya komplikasi akibat penyakit diabetes mellitus. Namun, sebagian besar pasien diabetes jarang memeriksakan kadar gula darahnya.
Komplikasi diabetes menyebabkan berbagai kerusakan organ tubuh, di antaranya adalah diabetes retinopati yang merupakan penyebab utama kebutaan pada orang dewasa, diabetes nefropati yang merupakan penyebab utama gagal ginjal, serta peningkatan penyakit kardiovaskular dan stroke.
Pemeriksaan kadar gula darah pada pasien diabetes harus dilakukan berkala sehingga bisa dipantau apakah diperlukan penyesuaian pola makan atau obat.
Dalam pemeriksaan kadar gula darah, indikator yang dipakai adalah HbA1c, yang mengukur jumlah rata-rata gula dalam darah selama tiga bulan terakhir. Hasilnya jauh lebih akurat dibandingkan pemeriksaan gula darah harian yang sangat fluktuatif. Bagi orang normal, kondisi normal HbA1c adalah 4-5,7 persen, sedangkan bagi pasien DM, HbA1c yang baik di bawah 7 persen.
HbA1c dapat jadi tolok ukur keberhasilan manajemen pengendalian gula darah pasien DM. Jika nilai HbA1c terus tinggi maka risiko komplikasi juga tinggi.
Ketua PERKENI (Perkumpulan Endokrinologi Indonesia), Prof. Dr. Ketut Suastika SpPD-KEMD menyarankan pasien diabetes melakukan pemeriksaan HbA1c setiap tiga bulan sekali.
“Nilai HbA1c pasien diabetes sebaiknya di bawah 7 persen. Pemeriksaan HbA1c sudah di-cover BPJS di fasilitas kesehatan tingkat dua. Tetapi sayangnya fasilitas untuk tes HbA1c belum merata di semua daerah. Kendala lain pemeriksaan HbA1c adalah harganya relatif mahal, di rumah sakit swasta mungkin sekitar Rp200.000,” paparnya.
Meskipun pemeriksaan HbA1c memang salah satu hal penting dalam penatalaksanaan diabetes, tetapi belum menjadi alat wajib di Puskesmas di Indonesia. Alasannya adalah efisiensi dan efektivitas alat terkait harga yang mahal dan ketersediaan SDM yang mampu mengoperasionalkannya.
Insulin
Nilai HbA1c juga bisa menjadi indikator inisiasi penggunaan insulin. Apabila seorang penderita diabetes sudah terdiagnosis dan sudah mendapat terapi dengan obat antidiabetik oral dengan dosis maksimal namun nilai HbA1c lebih dari 7 persen, sudah dapat memulai inisiasi insulin. Terlebih lagi, apabila pasien pertama kali terdiagnosis diabetes dengan HbA1c lebih dari 9 persen dengan adanya gejala dekompensasi metabolik, maka dianjurkan untuk inisiasi pemberian insulin untuk dapat mengendalikan gula darah penderita.
“Pada pasien tertentu dengan kadar HbA1c di atas 9 persen dan disertai gejala katabolik yang berat, bahkan sampai kegawatdaruratan, harus langsung diberikan insulin,” kata Ketut. Sayangnya, masih banyak kendala pemberian insulin ini, termasuk dari sisi pasien itu sendiri. Misalnya, takut jarum suntik dan takut kalau insulin membuat ketergantungan.
Dalam upaya mengendalikan angka prevalensi diabetes, Kementerian Kesehatan RI mengeluarkan keputusan untuk penggunaan insulin bagi pasien diabetes tipe 2 yang kadar HbA1c-nya 9 persen dan tidak terkendali dengan pemberian kombinasi obat oral anti-diabetes.
“Saat ini, jika pasien datang ke Puskesmas dan membutuhkan pemeriksaan HbA1c maka digunakan fasilitas rujukan ke pusat pelayanan kesehatan tingkat dua. Mekanismenya bisa dengan berjejaring dengan laboratorium klinik yang bekerjasama dengan BPJS,” jelas Drg. Saraswati MPH, Direktur Pelayanan Primer, Dirjen Pelayanan Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI.
Selain dengan pemeriksaan HbA1c yang diikuti dengan pengobatan medis, pengaturan gizi, dan penerapan pola hidup sehat juga sangat penting untuk pengelolaan diabetes.
Penderita diabetes harus menjaga asupan makanan, olahraga dengan teratur, dan menaati rencana pengobatan yang diberikan oleh dokter, demi kontrol penyakit diabetes yang lebih maksimal, dikutip dari Kompas.com.