Jojon, yang penampilannya identik dengan celana normal high waisted bersuspender serta kumis ala Adolf Hitler atau Charlie Chaplin, lahir di Karawang, Jawa Barat, 5 Juni 1947, dengan nama Djuhri Masdjan.
Ia terkenal di panggung, film, dan layar kaca pada era 1980-an sebagai bagian dari Jayakarta Group bersama Hasanuddin atau U'u, Suprapto atau Esther, Chaplin, dan Cahyono.
Pada 1990-an, mereka jalan sendiri-sendiri.
Anak Mendiang Jojon Ungkap Penyebab Sang Komedian Meninggal Dunia
Sebelum mengembuskan napas terakhirnya di Rumah Sakit Premier Jatinegara, Jakarta Timur, pukul 06.10 WIB, almarhum pelawak senior Djuhri Masdjan (66) alias Jojon sudah lama menderita penyakit asma yang kerap membuatnya sesak napas.
"Sakitnya itu dari 1980-an, asma. Ibaratnya, Allah kasih panjang umur untuk Papa saya," kata Adi, putra sulung Jojon.
Namun, terang Adi, Jojon dinyatakan meninggal dunia karena serangan jantung koroner.
"Ini anfal yang kedua. Asmanya ada sedikit (sebagian kecil penyebab kematian), tapi ini lebih ke serangan jantung koroner," tutur Adi.
Adi mengaku tak percaya ayahnya telah berpulang. "Enggak percaya Papa saya meninggal. Dia tiga hari dirawat, biasanya November dia check up, kontrol asmanya, biar jangan kronis atau anfal," ujarnya, dikutip dari Kompas.com.
Benarkah Penderita Asma Berisiko Gangguan Jantung?
dr. Siska Suridanda Dannya, Sp.JP(K) dari Pusat Jantung Nasional Harapan Kita, mengatakan pasien dengan asma memang memiliki sedikit risiko terkena masalah jantung.
Alasannya asma yang pada dasarnya penyakit alergi dapat menyebabkan peningkatan peradangan kronis di seluruh tubuh termasuk jantung dan pembuluh darah.
"Sehingga sesak pada asma juga dapat menyamarkan keluhan sesak karena penyakit jantung sehingga dapat juga diagnosis jadi terlambat," kata dr. Siska kepada Tribunnews.com.
Namun resiko asma jadi penyebab jantung ini risikonya lebih kecil dibandingkan dengan penyakit seperti hipertensi dan merokok yang dapat memperlambat sistem kerja pembuluh darah.
"Peningkatan risiko ini tidaklah terlampu besar jika dibandingkan dengan faktor risiko tradisional seperti hipertensi, diabetes dan merokok," ungkap dr. Siska.