Dikatakan sang istri, Budi Anduk selalu mengatakan dirinya sehat.
"Padahal, yang kami lihat itu beda. Badan dia (Budi) bengkak, tapi dia selalu bilang dia sehat dan Allah akan sembuhkan. Dia susah diajak ke rumah sakit. Dari dulu, tiap sakit dia nggak mau bikin orang repot," lanjut Neneng.
Wawan pun mengakui betapa sulitnya membujuk almarhum untuk mau pergi ke rumah sakit.
"Kadang, kalau kami paksa atau bawa dia ke rumah sakit, dia bilang kami akan dimusuhi. Ya sudah, kami nangis di luaran (tanpa sepengetahuan almarhum) saja," ucap Wawan.
Menurut keterangan Neneng, sejak April 2015, dokter di Rumah Sakit Kanker Dharmais (RSKD) memang telah mengindikasi ada ketidakberesan di paru-paru almarhum.
Akan tetapi, dikatakan Wawan, karena almarhum takut dan enggan menjalani kemoterapi, ia bersikeras untuk tetap di rumah dan menegaskan bahwa dirinya tak merasa sakit.
Pada akhirnya, dengan berbagai bujukan bercampur kebohongan demi kebaikan, Budi pun bersedia dibawa ke rumah sakit.
Akan tetapi, nasib berkata lain. Almarhum Budi memang harus meninggalkan dunia ini di Rumah Sakit Kanker Dharmais, Jakarta.
Jenazah Budi dimakamkan di TPU di Jalan Kampung Kemang, Pondok Gede, Bekasi.