GridFame.id - Innalillahi duka menyelimuti industri hiburan Tanah Air salah satu bintangnya berpulang.
Tak banyak yang tahu artis cantik serba bisa Egidia Savitri meninggal dunia.
Egidia Savitri meninggal dunia saat berada di puncak kariernya.
Egidia Savitri meninggal dunia di usianya yang masih sangat muda, yakni 33 tahun.
Lama tak muncul di layar kaca, rupanya sang artis telah tiada.
Kepergiannya yang begitu cepat memukul hati suami serta rekan sesama artis.
Mantan Gadis Sampul itu meninggal setelah berjuang melawan penyakitnya.
Penyebab Egidia Savitri meninggal dunia rupanya karena penyakit Malformasi Arteri Vena (AVM).
Belajar dari penyebab meninggalnya Egidia Savitri, kenali gejala AVM sejak dini dan perawatannya.
Dilansir dari Tribunnews.com, kabar duka meninggalnya pesinetron, model, dan pembawa acara Egidia Savitri tersebar lewat pesan berantai BlackBerry Messenger
Egidia berpulang di usianya yang masih cukup muda, 33 tahun.
Ia mengembuskan napas terakhir di Rumah Sakit Siloam Lippo Karawaci, Tangerang, Jumat (29/11/2013).
"Inna lillahi wa inna ilaihi rojiun. Telah Meninggal Dunia Bintang Sinetron, Model sekaligus Presenter, Egidia Savitri, pada Jumat (29/11/2013) di RS Siloam Lippo Karawaci,
Saat ini jenazah disemayamkan di Rumah Duka, Jalan Sawit No 8. Komplek Hankam Kelapa Dua, Depok. Semoga Allah Menerima Amal Ibadahnya dan Menghapuskan Segala Dosa2nya. Amin," isi kabar itu dikutip dari Kompas.com.
Sang suami, pengusaha Dino Martin juga membenarkan kabar kepergian sang istri.
Dino juga menjelaskan penyebab istrinya meninggal dunia.
Rupanya semasa hidup, Egidia menderita penyakit Arteriovenous Malformation (AVM) atau Malformasi Arteri Vena.
"Sederhananya, dirinya memiliki varises di bagian otak," tulis Dino pada akun Twitter-nya, @Sayadino.
Apa itu Malformasi Arti Vena (AVM)?
Dilansir dari Kompas.com, Malformasi arteriovenosa atau malformasi arteri vena (AVM) adalah kelainan bawaan (hadir sejak lahir).
Penyakit ini ditandai dengan jaringan arteri-vena yang rumit dan kusut.
Selain itu, terdapat arus pendek dan tekanan tinggi karena darah arteri mengalir dengan cepat di vena.
Malformasi arteriovenosa dapat terjadi di otak, batang otak, atau sumsum tulang belakang.
Dilansir dari Tribunnews.com yang mengutip dari Nova.id, kejang dan sakit kepala adalah gejala yang paling sering dialami oleh penderita.
Gejala ini bisa berakibat bermacam-macam tergantung individu masing-masing, misalkan hilangnya kontrol gerakan tubuhnya atau terjadi kelumpuhan, mati rasa, kesemputan, tak bisa mengontrol gerakan mata dll.
Anak-anak dan remaja dengan AVM mungkin mengalami masalah dengan pembelajaran atau perilaku.
Salah satu jenis AVM yang disebut kelainan vena Galen menyebabkan gejala yang muncul pada atau segera setelah lahir, kelainan ini terletak jauh di dalam otak.
Tanda-tandanya meliputi:
- penumpukan cairan di otak (hidrosefalus) yang menyebabkan pembesaran kepala
- pembengkakan pembuluh darah di kulit kepala
- gagal dalam berkembang
- gagal jantung kongestif.
Perawatan
Beberapa penanganan yang dapat dilakukan bagi orang dengan AVM adalah di bawah ini.
1. terapi medis
Jika tak ada gejala, tergolong ringan, atau berada di area otak yang sulit dijangkau, manajemen konservatif mungkin direkomendasikan. Penderita disarankan untuk menghindari olahraga berlebih dan menjauhi pengencer darah seperti warfarin.
2. pembedahan
AVM mengalami pendarahan dan/atau berada di area yang dapat diakses dengan mudah, pembedahan mungkin dilakukan.
3. radiosurgery stereotactic
AVM yang tidak terlalu besar tapi berada di area yang sulit dijangkau dengan operasi biasa dapat ditangani dengan prosedur ini.
4. neuroradiologi intervensi atau bedah saraf endovaskular
penempatan kateter dalam pembuluh darah dan memblokir pembuluh darah abnormal dengan berbagai bahan, seperti lem atau gulungan.