Find Us On Social Media :

'Padahal Tidak Banyak Tampil' Merinding! Bukan Kamaruddin Simanjuntak, Guru Besar UI Bongkar Sosok yang Paling Berjasa Kupas Tuntas Kejanggalan Kasus Kematian Brigadir J: Dia Meneriakkan Keadilan

Kesedihan di wajah Rosti Simanjuntak, (kanan) ibunda Brigadir J dan proses ekshumasi jenazah Brigadir J, Rabu (27/7/2022)

Publik mulai menaruh atensi atas kasus kematian Brigadir J.

Baca Juga: Masyarakat Indonesia Makin Muak! Ngotot Lindungi Anak Irjen Ferdy Sambo Hingga Dikritik Komnas PA, Kini Kak Seto Minta Putri Candrawathi di Tahan dalam Sel Khusus: Dia Punya Bayi

Hal itu turut digencarkan oleh bibi Brigadir J yang juga adik-adik Rosti Simanjuntak, melalui media sosial, Rohani Simanjuntak dan Roslin Simanjuntak terus membagikan kabar terkait kasus kematian Brigadir J.

Kalau saja kala itu Rosti Simanjuntak tak menyuarakan hal tersebut, bisa jadi kasus kematian Brigadir J tak pernah terungkap.

"Ibu Rosti itu tidaklah dalam posisi menggerakkan suatu aktivitas agar dia didengar kan. Tapi begitu media memberitakan bagaimana dia bertalu-talu meneriakkan keadilan untuk anaknya, langsung keluarganya aktif mendukung, lalu masyarakat. Bisa dibayangkan bila ibu itu diam saja, menerima, ikhlas," kata Prof Sulistyowati Irianto.

"Jadi tangisan ibu Rosti, yang direkam tantenya, tersebar di media sosial, itulah yang membuka publik. Jadi karena tangisan perempuan?," tanya Rosi.

"Iya," imbuh Prof Sulistyowati Irianto.

Selain karena ibunda Brigadir J, kematian ajudan Ferdy Sambo itu juga bisa terungkap, menurut Prof Sulistyowati Irianto adalah karena budaya.

Kejanggalan terkait jenazah Brigadir J yang kabarnya meninggal karena tembak menembak itu pertama kali terungkap saat keluarga hendak menyelenggarakan upacara kematian sesuai adat.

Di momen itulah keluarga baru menyadari ada yang tak beres di balik kematian Brigadir J hingga akhirnya, jenazah Brigadir J diautopsi sebanyak dua kali.

"Juga karena kebetulan Yosua orang batak dan keluarga Hutabarat pula. Orang batak harus dibuka jenazahnya karena harus diulosi, harus diadati, memang digunakan untuk menutup wajah jenazah. Jadi upacara itu enggak bisa diskip, harus, perempuan menyuarakan budayanya," imbuh Prof Sulistyowati Irianto.

Baca Juga: 'Kasihan Ini Anak Muda' Astaga Miris! Nasibnya Pilu Usai Jadi Kambing Hitam Ferdy Sambo dan Putri Chandrawati, LPSK Ungkap Fakta Kabar Orangtua Bharada E Disekap

Artikel Ini Telah Tayang Sebelumnya di TribunStyle.com dengan Judul "JARANG Muncul ke Publik, Sosok Ini Paling Berjasa Kuak Kejanggalan Kematian Brigadir J: Tangisan