Jika perangkat ini hilang, dicuri, atau diakses tanpa izin, maka informasi pribadi dan akun e-wallet bisa berada di tangan yang salah.
Bahkan jika pengguna melindungi perangkat mereka dengan kode PIN atau sidik jari, beberapa peretas mungkin masih memiliki kemampuan untuk menembus perlindungan tersebut.
Baca Juga: Selain Phising dan Scam, Ini 5 Modus Penipuan yang Bisa Sedot Saldo E-Wallet
4. Masalah Keamanan Aplikasi
Beberapa e-wallet mungkin memiliki kerentanan keamanan dalam aplikasi mereka sendiri.
Jika pengembang tidak secara teratur memperbarui dan memperbaiki bug, peretas dapat memanfaatkan celah ini untuk mendapatkan akses tidak sah ke akun pengguna.
Oleh karena itu, penting bagi pengguna untuk selalu menggunakan versi terbaru dari aplikasi e-wallet dan hanya mengunduhnya dari sumber yang terpercaya.
5. Serangan Man-in-the-Middle (MITM)
Serangan Man-in-the-Middle adalah taktik di mana peretas mencuri informasi yang dikirimkan antara dua pihak yang berinteraksi secara online.
Ini dapat terjadi saat pengguna melakukan transaksi menggunakan e-wallet mereka.
Peretas mencuri data dan informasi transaksi secara real-time, memungkinkan mereka untuk melakukan kegiatan yang tidak sah, seperti mengubah alamat penerima atau mengambil alih dana yang ditransfer.
6. Kurangnya Pendidikan Keamanan
Beberapa pengguna mungkin kurang menyadari risiko keamanan yang terkait dengan e-wallet dan mungkin tidak mengambil langkah-langkah pencegahan yang tepat.
Ketidakpedulian terhadap praktik keamanan yang baik, seperti penggunaan kata sandi yang kuat dan tidak membagikan informasi pribadi, dapat menyebabkan e-wallet menjadi rentan terhadap serangan.
Sebagian isi artikel ini ditulis dengan menggunakan bantuan kecerdasan buatan.