GridFame.id - Desa Kreung di Kamboja ini mendadak viral dan jadi sorotan dunia karena budayanya yang ganjil.
Anak gadis mereka persilakan untuk berhubungan badan dengan banyak pria di gubuk cinta, agar bisa merasakan dan membedakan perlakuan di ranjang dengan banyak pria.
Dengan cara itu, lalu gadis bisa menentukan pilihan mana calon suami yang dia rasa paling pas untuk dipilih sebagai pasangan hidup.
Dengan budaya unik ini, anehnya di desa ini minim kekerasan seksual pada perempuan.
Bahkan perempuan cukup mendapat tempat terhormat di sini.
Begitulah, dengan modal nalar dan moral yang dimiliki, banyak orang yang berkeyakinan bahwa melakukan hubungan intim di luar nikah adalah tindakan yang tidak pantas.
Namun nalar dan keyakinan serta etika itu tidak berlaku bagi penduduk di desa Kreung Kamboja ini.
Dilansir dari Intisari.grid.id, pada (21/1/2020), pada tahun 2011 yang lalu, jurnalis Fiona MacGregor mengunjungi kampung Kreung di mana terkenal dengan budaya "gubuk cinta"-nya.
Dilaporkan bahwa gubuk cinta ini konon adalah kunci cinta abadi di desa tersebut.
Fiona menemukan fakta bahwa para gadis di desa itu sangat percaya diri dalam urusan pacar dan memahami suatu hubungan.
Baca Juga: Sering Dilakukan Warga Negara +62, Kini 'Cenglu' Bisa Kena Denda Hingga 250 Ribu!
Meskipun hal itu bertentangan dengan nilai umum tentang perilaku seksual yang ada.
Perempuan di desa Kreung ubu diajarkan tentang seksualitas adalah bagian alami dan indah dari cinta.
Orang Suku Kreung dijiwai dengan gagasan bahwa berhubungan badan sebelum nikah dapat diterima dan bahkan didorong.
Remaja putri di desa itu didorong untuk menemukan orang atau pria yang tepat untuk dinikahinya melalui hubungan badan sebelum menikah.
Perempuan Suku Kreung mengambil inisiatif untuk mengajak pria tinggal disebut sebagai "gubuk cinta".
Gubuk dari kayu ini dibuat oleh orang tua si gadis untuk menemukan calon suami.
Untuk memahami hal itu, Fiona melakukan wawancara dengan Gaham, seorang pemilik gubuk cinta.
Gaham mengatakan:
"Sebelumnya kami tinggal di rumah yang sempit sehingga kami bisa membuka hati kami, tetapi kami memiliki pondok kami sendiri jadi kami bisa saling membuka diri," kata Gaham.
"Tinggal di gubuk pada malam hari sangat gelap dan sunyi, jadi suasananya sangat romantis," jelasnya.
Ibu Gaham, bernama Kampan mendukung adanya gubuk cinta itu.
Bahkan ia mengatakan:
"Dulu saya punya banyak pacar laki-laki, dari 10 orang sebelum saya menikahi suami saya,"
"saya pikir dia agak cemburu tetapi itu tidak masalah karena dia mencintaiku," kata Kampan.
Dalam budaya Kreung, perceraian adalah ungkapan yang tidak terlalu sering muncul.
Ada 150 pasangan, dan hanya 1-2 pasangan yang meninggalkan satu sama lain dengan bercerai.
Bahkan wanita di desa ini bisa memiliki banyak pacar pada saat yang sama sebelum mereka memilih salah satunya.
Seorang wanita bernama Nang Chan (17) mengatakan bahwa gubuk cinta menciptakan wanita yang kuat.
Dan gubuk ini membantu wanita menemukan cinta sejatinya.
"Pondok cinta memberi kita kebebasan dan merupakan cara terbaik mengetahui siapa yang benar-benar kita sukai," katanya.
Menariknya, di Kreung kekerasan seksual jarang terjadi dan pemerkosaan bahkan hampir tidak ditemukan.
Anak-anak di desa Kreung tidak memiliki sikap agresif.
Mereka diajari sikap menghormati wanita karena dianggap bisa memengaruhi peternakan hewan keluarga dan hal lainnya.
"Ketika anak laki-laki tidur sepanjang malam, jika aku tidak ingin mereka menyentuhku mereka tidak akan benar."
"Kami hanya bicara dan tidur,” kata Nang Chan.
"Jika aku punya pacar istimewa dan kami saling mencintai, aku akan dekat dengannya."
"Tetapi jika saya berhenti mencintainya dan menyukai pria lain, saya akan berhenti berhubungan intim dengan mantan saya," katanya.
"Saya sudah tinggal di gubuk sejak usia 15 dan sejak dan sudah ada 4 pacar istimewa."
"Saya tidak menghitung berapa banyak orang yang datang untuk menginap. Ada 2-3 orang di malam hari," katanya.
Orang Kreung sendiri telah diimbau untuk menggunakan kondom untuk mencegah kehamilan.
Sebelum itu, suku dari desa Kreung sudah membuat "pil KB" sendiri yang terbuat dari kayu, anggur, dan kelabang.
Berkat propaganda organisasi non-pemerintah setempat, kondom secara bertahap menjadi lebih populer di desa tersebut.
Namun, budaya itu sudah semakin memudar karena budaya modern yang menjelaskan bahwa berhubungan intim pra-nikah tidak benar.
Artikel ini telah tayang di Tribunstyle.com dengan judul Desa Ini Viral, Anak Gadis Dipersilakan Berhubungan Badan Banyak Pria Untuk Temukan Suami yang Pas
Source | : | Tribun Style |
Penulis | : | Lena Astari |
Editor | : | Lena Astari |
Komentar