GridFame.id - Jika biasanya anak-anak akan melemparkan gigi susu yang copot ke atap rumah atau menanamnya di halaman dengan harapan gigi itu akan tumbuh lagi, sekarang lebih baik menyimpannya.
Berdasarkan sebuah penelitian terbaru, gigi susu yang copot ini ternyata bisa menyelamatkan nyawa seseorang.
Menurut Pusat Bioteknologi Amerikat Serikat, yang dilansir dari Daily Mail, peneliti telah menemukan sel punca atau stem cell yang terdapat pada gigi susu cenderung kurang terkena krusakan lingkungan daripada gigi orang dewasa.
Sehingga stem cell ini dapat membantu regenerasi pertumbuhan sel baru di bagian lain di dalam tubuh.
Bahkan, sel ini dapat menggantikan proses sulit dalam mengakses sumsum tulang dari area lain tubuh untuk sel-sel induk.
Sementara metode baru ini masih dalam pengembangan, di tahun-tahun mendatang metode ini dapat digunakan secara luas untuk membantu melawan kanker.
Selain itu, stem cell bisa menumbuhkan kembali sel-sel saraf di otak untuk mencegah kemungkinan serangan jantung.
Kok bisa ya ?
Stem Cell Didapat dari Gigi Susu Anak
Kegunaan lainnya human deciduous pulp stem cells (hDPSC) bisa untuk menumbuhkan tulang, meregenerasi hati, mengobati diabetes, dan mereproduksi jaringan mata.
Stem cell ini bisa didapat pada gigi susu yang berumur 10 tahun.
Dalam uji klinis di Tiongkok, gigi anak-anak digunakan untuk meregenerasi gigi baru yang telah tumbuh pada 30 pasien, tetapi tidak gigi baru ini belum berkembang sepenuhnya.
Tahun lalu mereka mengumumkan setelah beberapa perkembangan bahwa itu dapat memperbaharui pembuluh darah dan koneksi saraf pada pulpa gigi dewasa.
Saat ini apeksifikasi digunakan untuk mendorong pertumbuhan akar ketika gigi permanen rusak tetapi tidak menggantikan jaringan yang hilang dan pasien masih bisa mengalami gigi mati.
Apeksifikasi merupakan suatu perawatan endodontik yang bertujuan untuk merangsang perkembangan lebih lanjut atau meneruskan proses pembentukan apeks gigi yang belum tumbuh sempurna.
Tetapi sudah mengalami kematian pulpa dengan membentuk suatu jaringan keras pads apeks gigi tersebut.
"Perawatan ini memberi pasien sensasi kembali di gigi mereka," tutur Songtao Shi dari University of Pennsylvania.
"Jika Anda memberi mereka rangsangan hangat atau dingin, mereka bisa merasakannya, mereka punya gigi hidup lagi," ujarnya pada penelitian tentang apeksifikasi menggunakan gigi susu anak-anak.
Penn Today melaporkan September 2018 bahwa Shi mengatakan, "Sejauh ini kami memiliki data tindak lanjut selama dua, dua setengah, bahkan tiga tahun, dan telah menunjukkan itu adalah terapi yang aman dan efektif."
Shi dan timnya mengatakan setelah penelitian yang didukung oleh National Key Research and Development Program of China, the Natural Science Foundation of China dan data contoh dari Penn Dental Medicine, mereka berencana untuk meneliti bagaimana menggunakan sel induk dari gigi satu anak di gigi orang lain akan berhasil.
Hentikan Kebiasaan Buruk Ini Pada si Kecil Jika Tak Mau Giginya Renggang
Gigi susu atau gigi sulung merupakan gigi pertama yang tumbuh pada Si Kecil hingga usianya menginjak 6 tahun.
Gigi susu yang dimiliki oleh Si Kecil berjumlah 20 buah yang terdapat pada rahang atas dan rahang bawah.
Selanjutnya, umumnya pada rentang usia 6 hingga 12 tahun, Si Kecil akan mengalami pergantian gigi dari gigi susu menjadi gigi tetap.
Baca Juga: Mantan Suami Nikah Lagi, Shezy Idris Habiskan Waktu Karaoke Nyanyikan Lagu Ini, Curahkan Isi Hati?
Akan tetapi, masa pergantian gigi susu ke gigi tetap pada setiap anak dapat terjadi dalam waktu yang berbeda-beda.
Saat gigi Si Kecil tumbuh, Bunda harus mulai melakukan perawatan pada gigi Si Kecil agar gigi mereka dapat tumbuh rapi dan bagus.
Caranya yaitu dengan menjaga kebersihan dan kesehatan gigi sulung dengan secara teratur mengunjungi dokter gigi 6 bulan sekali untuk pemeriksaan rutin.
Namun bagaimana jika gigi Si Kecil sudah lengkap tapi posisi gigi tetap masih ada yang tidak teratur, berjejal, dan renggang?
Nah , ternyata hal itu dipengaruhi oleh banyak hal.
Pengaruh pertama misalnya gigi sulung yang terlambat dicabut padahal gigi tetapnya sudah tumbuh.
Hal itu menyebabkan gigi tetap tidak teratur dan tidak sesuai dengan lengkung rahang.
Kemudian bisa juga karena pencabutan dini atau preamture loss akibat dari gigi sulung yang mengalami karies tanpa dilakukan pembuatan space maintener untuk mempertahankan ruangan bekas pencabutan.
Faktor itu pun dapat mengakibatkan gigi tetap tumbuh berjejal dan tidak teratur.
Gigi sulung yang lepas sebelum waktunya diganti oleh gigi tetap sering menimbulkan masalah, seperti terjadi pergeseran, baik secara utuh maupun miringnya gigi tetangga ke arah ruangan yang kosong.
Akibatnya, ketika gigi tetap erupsi, dia akan keluar dari lengkung rahang yang normal sehingga menimbulkan gigi yang berjejal dan dapat terjadi maloklusi.
Diharapkan dengan pembuatan space maintener, gigi tetap akan tumbuh sempurna sesuai dengan ruangan yang tersedia.
Penyebab selanjutnya adalah karena adanya faktor keturunan atau genetik, misalnya Moms memiliki rahang kecil, sedangkan Dads memiliki ukuran gigi yang normal sehinga Si Kecil mewarisi rahang kecil dengan ukuran gigi yang besar.
Pada akhirnya membuat gigi Si Kecil tumbuh berjejal atau sebaliknya menyebabkan gigi tetap menjadi renggang akibat Si Kecil mewarisi rahang besar dengan ukuran gigi yang kecil.
Penyebab selanjutnya adalah apabila terdapat karies atau gigi berlubang yang letaknya berdekatan dengan gigi tetangganya dan dibiarkan tanpa diberikan perawatan.
Hal itu dapat mengakibatkan terdapatnya ruangan yang kosong akibat karies yang tidak dirawat, sehingga gigi tetangganya akan bergeser atau miring mengisi celah tersebut.
Tak hanya itu, kebiasaan buruk Si Kecil pun dapat menyebabkan tekanan berlebihan dan otot rongga mulut, sehingga mengakibatkan maloklusi yang parah di kemudian hari.
Contoh kebiasaan buruk Si Kecil yaitu kebiasaan mengisap jari, mengisap bibir bawah, bernapas melalui mulut, dan kebiasaan ngedot.
Serta, permasalahan gigi Si Kecil yang tumbuh tidak rapi pun bisa terjadi karena adanya penyakit sistemik yang dapat menyebabkan terjadinya gangguan pertumbuhan dan erupsi pada gigi Si Kecil.
Penulis | : | Marcel Mariana |
Editor | : | Maharani Kusuma Daruwati |
Komentar