GridFame.id - Persebarang Covid-19 memang menjadi momok bagi masyarakat.
Setelah merebaknya virus corona di Indonesia berbagai daerah melakukan karantina mandiri.
Tetapi, beberapa orang masih tak mau mengikuti anjuran untuk berdiam diri di dalam rumah.
Berbagai cara sudah dilakukan untuk menertibkan orang-orang yang masih suka berkumpul walaupun sudah diperingatkan.
Salah satunya adalah dengan pembubaran oleh satuan polisi.
Tetapi, ada yang unik dari Kabupaten Purworejo yang menggunakan pocong untuk menertibkan warga yang masih berkeliaran.
Tak hanya mengundang gelak tawa, video 'pocong Purworejo' ini malah menjadi viral di Korea Selatan.
Video ini juga memperlihatkan aksi 'pocong Purworejo' yang tengah duduk di kursi menjaga kampung.
Selain itu, 'pocong Purworejo' juga mengadakan patroli dan melakukan aksi beberapa aksi bertemu dengan orang-orang yang masih berkerumun.
Pria yang ditugaskan memakai kain kafan itu bahkan rela melompat-lompat dari atap rumah dan berguling di tanah untuk menertibkan warga.
Video tentang 'pocong Purworejo' ini bahkan disiarkan oleh media-media besar di Korea Selatan.
Hal ini terlihat dari Instagram @area_kpop pada Rabu (1/4/2020).
Media besar yang menyiarkan tentang aksi 'pocong Purworejo' menertibkan orang-orang yang nekat kongko ini disiarkan oleh SBS, MBC, dan JTBC.
Masyarakat Korea Selatan memang dikenal mempercayai takhayul.
Pasalnya, walaupun di Korea Selatan tidak ada pocong, tetapi mereka tahu bahwa pocong merupakan simbol untuk mengingatkan tentang kematian.
"Dalam judulnya yang menggunakan huruf Hangul, SBS menulis Pencegahan Covid-19, Desa di Indonesia Sampai Dijaga Hantu Pocong," tulis @area_kpop.
Selain itu, berita tentang 'pocong Purworejo' di Korea Selatan ini juga diunggah oleh beberapa pengguna Twitter.
Salah satu pengguna Twitter @1997eunhee menceritakan tentang berita yang dilihatnya dari media MBC.
"Nih pocong udah masuk TV di Korea," tulis @1997eunhee.
Source | : | twitter.com,instagram.com |
Penulis | : | Winnieati Sutanto Putri |
Editor | : | Maharani Kusuma Daruwati |
Komentar