Walau ada masalah di gen S tetapi untungnya ada gen-gen lain yang masih bisa terdeteksi, sehingga secara umum PCR masih dapat berfungsi,” ujarnya dalam keterangan tertulis.
Tjandra menjelaskan tidak terdeteksinya gen S pada pemeriksaan PCR dapat dijadikan indikasi awal bahwa sampel yang diperiksa adalah varian Omicron.
Oleh karena itu, ujarnya pemeriksaan sampel dapat dilanjutkan dengan metode Whole Genome Sequencing (WGS) untuk memastikan jenis varian.
“Ditemukannya SGTF dapat menjadi semacam bantuan untuk menyaring mana yang prioritas dilakukan WGS, selain kalau ada kasus berat, atau ada klaster, atau ada kasus yang tidak wajar perburukan kliniknya, dan lainnya,” jelasnya.
Lebih lanjut dirinya mengatakan informasi ini akan bisa menjadi perhatian di Indonesia dalam menganalisis hasil PCR.
Selain itu Tjandra meminta agar jumlah pemeriksaan menggunakan metode WGS ditingkatkan.
“Seperti yang sudah disampaikan terdahulu, penduduk kita kira-kira adalah seperempat penduduk India, jadi kalau India sekarang sudah memeriksa lebih 80 ribu sampel maka seyogyanya kita harusnya dapay juga sudah memeriksa sekitar 20 ribu sampel,” ujarnya.
Source | : | kompas,Tribun |
Penulis | : | Nabilah Hermawati |
Editor | : | Nindy Nurry Pangesti |
Komentar