GridFame.id - Penyakit jantung menjadi penyakit paling mematikan dan ditakuti.
Bahkan penyakit ini disebut-sebut sebagai salah satu penyakit pembunuh masyarakat Indonesia.
Penyakit jantung bisa diakibatkan dari berbagai macam faktor.
Baik gaya hidup maupun keturunan.
Namun yang perlu diketahui adalah orang yang terlihat sehat pun bisa terkena penyakit jantung.
Pasalnya sakit ini bisa menyerang siapapun dan kapanpun.
Lalu sebenarnya apa sih perbedaan serangan jantung dan henti jantung.
Manakah yang lebih membahayakan?
Simak perbedaan serangan jantung dan henti jantung di sini.
Salah satu risiko yang perlu diwaspadai dari penyakit jantung adalah risiko serangan jantung dan henti jantung.
Kendati demikian, serangan jantung (heart attack) dan henti jantung (cardiac arrest) berbeda.
Apa itu henti jantung? Apa bedanya dengan serangan jantung? Bagaimana mencegah risiko penyakit jantung pada usia muda?
Apa itu henti jantung?
Dikutip dari Kompas.com, henti jantung adalah kondisi di mana jantung berhenti memompa darah ke seluruh tubuh karena tidak berdetak secara efektif.
Seseorang yang mengalami henti jantung akan kehilangan kesadaran dalam hitungan detik, dan bisa meninggal dunia jika tidak tertangani dalam beberapa menit.
Henti jantung ini lebih fatal dibanding dengan serangan jantung.
Kondisi itu adalah saat darah tidak mengalir ke seluruh tubuh dan organ lain kekurangan oksigen.
Hal ini sangat membahayakan otak, dan sering menyebabkan cedera neurologis mereka yang selamat dari henti jantung.
Baca Juga: Nah Loh Kemana Saja Selama Ini! Biasanya Dibuang, Biji Labu Ampuh Tingkatkan Kesuburan Pria Hingga Sehatkan Jantung
Apa itu serangan jantung?
Serangan jantung adalah penyumbatan di arteri yang mencegah darah mengalir ke jantung, dan memicu kerusakan pada otot.
Serangan jantung besar (major heart attack) akan membuat arteri tersumbat, dan memerlukan perawatan segera.
Serangan jantung yang parah bahkan dapat memicu henti jantung, atau gagal jantung (kondisi di mana jantung gagal memberikan darah ke tubuh, namun tidak sepenuhnya berhenti berdetak).
Penyebab penyakit jantung di usia muda
Mengutip Kompas.com, 30 September 2021, penyakit jantung dapat menyerang usia muda di bawah 40 tahun.
Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah dr Sebastian Andi Manurung SpJP, FIHA mengatakan, jantung adalah organ tubuh yang bekerja tanpa henti memompa darah setiap hari.
Jika tidak menjaga kesehatan dengan baik, risiko penyakit jantung dapat menghampiri bahkan di usia muda.
Baca Juga: Gejala Serangan Jantung Hingga Hipoglikemia, Kenali 7 Penyebab Keringat Dingin
Beberapa faktor penyebab risiko penyakit jantung pada orang yang berusia muda atau di bawah 40 tahun, yaitu:
1. Aktivitas fisik yang kurang
Aktivitas fisik yang kurang memicu penyakit jantung pada anak muda.
Solusi yang dapat dilakukan adalah meluangkan waktu berolahraga.
Berdasarkan penelitian, hal tersebut mengurangi risiko 15 persen serangan jantung dan 14 persen kematian dini.
2. Asupan makanan tidak seimbang
Penyakit jantung bisa berisiko tinggi jikalau asupan makanan dan minuman yang masuk ke tubuh tidak sehat.
Asupan makanan yang dimaksud adalah rendah protein, vitamin dan serat.
Menurut penelitian dari Mondales, setiap tahun Indonesia masuk dalam daftar kalangan yang suka ngemil atau mengonsumsi camilan.
Cemilan yang dikonsumsi tinggi garam, gula, dan lemak jenuh (ggl). Waktu mengemil hampir 3 kali sehari, sedangkan makanan berat dikonsumsi 2,5 kali sehari.
Baca Juga: Ini Dia Sederet Makanan Lezat Untuk Mencegah Terkena Penyakit Jantung
3. Stres
Penyebab risiko penyakit jantung usia muda selanjutnya adalah stres.
Orang yang tidak bisa koping kepada stres akan berisiko. Terkadang orang juga merasa inferior terhadap stres.
Koping adalah cara individu menyelesaikan masalah, mengatasi perubahan yang terjadi dan situasi yang mengancam baik secara kognitif maupun perilaku.
Sementara, inferior adalah perasaan yang cenderung menganggap diri rendah.
4. Merokok
Perokok aktif dan pasif berisiko sakit jantung, baik rokok biasa maupun elektrik.
Andi mengungkapkan, orang yang merokok biasanya dari usia 15-19 tahun, sebesar 52,1 persen.
Solusinya, olahraga cukup selama 3-5 hari dalam seminggu, durasi 30-60 menit secara bertahap.
Selain itu, dia menyarankan untuk mengurangi konsumsi kalori berlebih, meningkatkan konsumsi serat, usahakan kurangi makanan olahan, dan berhenti merokok.
Artikel Ini Telah Tayang Sebelumnya di Kompas.com dengan Judul "Apa Itu Henti Jantung dan Bedanya dengan Serangan Jantung?"
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Nindy Nurry Pangesti |
Editor | : | Nindy Nurry Pangesti |
Komentar