Akibat terburuknya masyrakat kelas menengah ke bawah semakin tertekan.
Bhima mengatakan para pedaganga dan konsumen kelas menengah ke bawah tidak mungkin cukup diberikan Bantuan Langsung Tunai (BLT) sebagai kompensasi, mengingat jumlahnya sangat besar.
Ia juga menghawatirkan pencabutan subsidi minyak goreng curah berdampak pada biaya produksi makanan dan minuman yang kemudian akan naik.
“Sehingga tidak ada jalan lain kecuali meneruskan penyesuaian harga tingkat konsumen, atau lakukan efisiensi produksi,” jelasnya dikutip dari KOMPAS.com
Imbasnya, rumah tangga menengah ke bawah harus lebih banyak berhemat lantaran naiknya biaya kebutuhan pokok.
“Kondisi sangat menekan masyarakat di saat pemulihan pendapatan 40 persen kelompok terbawah tidak pulih secepat keompok di atas. Setiap pencabutan subsidi yang tertekan adaalah mereka yang rentan,” katanya.
Mengingat subsidi migor cursh tidak efektif, Bhima menyarankan untuk menggaantinya ke subsidi minyak goreng kemasan.
Hal tersbeut dilakukan agar pengawasan lebih mudah dilakukan pemerintah pusat.
“Soal data biar tepat sasaran ya gunakan data DTKS milik Kemensos sehingga kriteria penerima sama dengan penerima program PKH,” jelasnya.
Sementara dari pedagang atau pelaku UMKM dapat menggunakan data dari Data Bantuan Produktif Usaha Mikro Milik Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah.
Baca Juga: Pendaftaran Menjadi Penerima BLT Minyak Goreng Rp300 Ribu dari Pemerintah
Source | : | YouTube,Kompas |
Penulis | : | Nabilah Hermawati |
Editor | : | Lena Astari |
Komentar