Sang kakek mengklaim menemukan aroma bunga saat di laut lepas, sehingga memudahkan Colombus menemukan benua baru itu.
Sebaliknya ke Eropa, sang kakek membuat parfum dari aroma ini secara sintetis, meski belum mengetahui bunga apa itu.
Bunga itu baru ditemukan oleh Charles Plumier (1646 – 1704), sebagai bunga yang belum diidentifikasikan, tetapi beraroma mirip dengan parfum buatan kakeknya.
Kemudian tanaman ini ditaksonomikan oleh ahli botani Swedia Carl Linnaeus (1707-1778).
"Saya di sini menerka saja, ya, kalau dirunut Lineaus sebenarnya tidak begitu langsung menyebarkan Plumeria ke India, dan penggunaan tanaman ini dalam membuat sesajen dalam ritual-ritual yang bisa ditemukan, dan umumnya beraroma kuat," jelas Hariri.
Kemudian dari India, Linneaus menemukan tumbuhan ini juga bisa tumbuh di Champa (Vietnam dan Kamboja kini) dan Siam (Thailand).
Hal ini berpengaruh pada penggunaan bunga untuk ritual di Asia Tenggara yang seharusnya menggunakan Magnolia, dan berubah menjadi bunga kamboja.
Pengaruh ini terbawa pula dalam ritual di Bali.
"Tapi ada gap di sini antara Lennaus dengan masa Hindu-Buddha," tambahnya.
Artikel ini telah tayang di National Geographic dengan judul Kenapa Makam Memiliki Tumbuhan Unik dari Bunga hingga Pohonnya?
Source | : | nationalgeographic.co.id |
Penulis | : | Idam Rosyda |
Editor | : | Nindy Nurry Pangesti |
Komentar