GridFame.id - Bunga kamboja adalah salah satu bunga yang banyak tumbuh di pemakanan.
Meski juga sering di pekarangan rumah, bunga kamboja kerap dikaitkan dengan bunga yang tumbuh di tempat angker ataupun tempat mistis.
Tak heran jika keberadaan bunga kamboja ini sering dikaitkan dengan adanya makhluk halus ataupun jin.
Memang, tak bisa dipungkiri, bunga kamboja ini memiliki aroma yang khas, ketika mekar.
Tak heran jika aromanya yang semerbak ini kerap dikaitkan dengan makhluk gaib.
Namun faktanya, banyaknya bunga kamboja yang ditananam di makan atau tempat suci atau kuil, ternyata bukan tanpa alasan.
Rupanya ahli membeberkan menganai kebiasaan masyarakat menanam bunga di makan ini.
Lantas seperti apa alasan mengapa banyak bunga kamboja tumbuh di makan?
Berikut ulasan lengkapnya.
Mengaoa Bunga Kamboja Banyak Tumbuh di Makam
Sejatinya, kebudayaan menempatkan tanaman khusus sudah ada sejak zaman Hindu-Buddha di Nusantara, seperti bunga kamboja (Plumeria), kantil (Magnolia), dan andong (Cordyline).
Muhammad Rifqi Hariri, ahli botani dari MaknaKata, memaparkan dalam diskusi daring Jenis-Jenis Tumbuhan pada Makam Keramat di Jawa.
Menurutnya kebiasaan menanam bunga beraroma diperkirakan dilakukan sejak zaman Kesultanan Islam berkembang di Nusantara.
Lantaran pada masa Hindu-Buddha, kematian tidak dilakukan dengan pengebumian, melainkan melalui pembakaran seperti ngaben.
Tradisi ini dapat dibuktikan hingga saat ini di Bali, sebagai contohnya.
Pemakaian bunga ini memang sudah dilakukan sejak lama oleh masyarakat Nusantara yang terekam lewat relief di Candi Penataran dan Borobudur.
Regina Yofani dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia menerangkan keberadaan bunga itu lewat skripsinya: Beragam Tanaman di Relief Candi di Jawa Timur Abad 14 Masehi (2010). Bunga banyak diletakkan di beberapa tempat ibadah suci yang juga masih bisa ditemukan di Bali dan Tengger.
"Di sana (Bali) sih banyak ditanam kamboja yang putih dan kemerahan," ujar Hariri.
"Tidak hanya jadi tanaman hias tapi juga tanaman di Pura, bahkan di beberapa patung pun ditanamkan bunga Plumeria."
Hani Ristiawan alumni mahasiswa kehutanan Institut Pertanian Bogor, dalam forum yang sama bercerita tentang pengalamannya mengamati berbagai jenis tanaman di area pemakaman, dan membuat ilustrasinya sejak Juni lalu.
"Ternyata jumlah spesiesnya lebih 160-an, selebih dari itu saja belum saya eksplorasi lebih. Semenjak saya masuk kehutanan, itu saya sering mengamati tanaman di kuburan tua," papar Hani.
"Bisa jadi masyarakat kita dulu ini sudah punya kearifan untuk membagi ruang dengan sekitarnya. Jadi jelas mana yang diperuntukkan untuk pemukiman, ladang, dan pemakaman dengan tanam-tanaman itu."
Itu bisa dibuktikan, selain peletakan makam, masyarakat Nusantara memiliki pemahaman tata ruang yang diyakini berdasarkan filosofinya.
Hani menerangkan, pelokasian tempat-tempat penting oleh masyarakat tradisional bahkan terekam dalam berbagai peta masa kolonialisme Belanda.
Pada makam sendiri, kuburan lokasinya dibagi dan biasanya berada di bukit atau tanah yang menjorok yang semakin ke atas, semakin suci seseorang dikuburkan.
Kamboja adalah yang sering ditemukan di pemakaman kini.
Tak hanya Indonesia, beberapa kebudayaan di Asia Tenggara memiliki mitos tentang bunga itu.
Misalnya, di Vietnam bunga kamboja adalah representasi dari kematian.
Di Thailand bunga itu diberi nama lantom yang tidak boleh ditanam di halaman rumah, dan hanya menjadi tanaman pemakaman.
"Itu karena spelling-nya mirip rantom yang dalam bahasa Thailand berarti keputusasaan. Jadi sangat diusahakan tidak ditanam di halaman rumah untuk menghindari keputusasaan oleh orang-orang di dalam rumahnya," Hariri menambahkan.
"Walau sekarang, anggapan jelek itu sudah terkikis dan dijadikan sebagai pewangi, sajen, dan digunakan untuk festival tahun baru Thailand."
"Kamboja itu filosofinya banyak banget. Di Filipina dan Indonesia dipercaya sebagai kehadiran makhluk halus."
Sejatinya, bunga kamboja sendiri bukanlah tanaman asli Nusantara, melainkan dari kawasan tropis di Amerika Latin.
Hariri memaparkan, bunga kamboja ini ada hubungannya dengan penemuan Christopher Colombus menemukan Amerika.
Salah satu awaknya adalah kakek dari Charles Plumier.
Sang kakek mengklaim menemukan aroma bunga saat di laut lepas, sehingga memudahkan Colombus menemukan benua baru itu.
Sebaliknya ke Eropa, sang kakek membuat parfum dari aroma ini secara sintetis, meski belum mengetahui bunga apa itu.
Bunga itu baru ditemukan oleh Charles Plumier (1646 – 1704), sebagai bunga yang belum diidentifikasikan, tetapi beraroma mirip dengan parfum buatan kakeknya.
Kemudian tanaman ini ditaksonomikan oleh ahli botani Swedia Carl Linnaeus (1707-1778).
"Saya di sini menerka saja, ya, kalau dirunut Lineaus sebenarnya tidak begitu langsung menyebarkan Plumeria ke India, dan penggunaan tanaman ini dalam membuat sesajen dalam ritual-ritual yang bisa ditemukan, dan umumnya beraroma kuat," jelas Hariri.
Kemudian dari India, Linneaus menemukan tumbuhan ini juga bisa tumbuh di Champa (Vietnam dan Kamboja kini) dan Siam (Thailand).
Hal ini berpengaruh pada penggunaan bunga untuk ritual di Asia Tenggara yang seharusnya menggunakan Magnolia, dan berubah menjadi bunga kamboja.
Pengaruh ini terbawa pula dalam ritual di Bali.
"Tapi ada gap di sini antara Lennaus dengan masa Hindu-Buddha," tambahnya.
Artikel ini telah tayang di National Geographic dengan judul Kenapa Makam Memiliki Tumbuhan Unik dari Bunga hingga Pohonnya?
Source | : | nationalgeographic.co.id |
Penulis | : | Idam Rosyda |
Editor | : | Nindy Nurry Pangesti |
Komentar