GridFame.id - Apa arti mitos malam 1 suro?
Sebenarnya arti mitos malam 1 suro kerap menjadi pertanyaan masyarakat.
Banyak yang mempercayai arti mitos malam 1 suro yang sudah turun temurun diyakini.
Berbagai pantangan pun ditaati masyarakat di momen malam 1 suro.
1 Suro merupakan hari pertama dalam kalender Jawa di bulan Sura atau Suro.
Biasanya, 1 Suro diperingati saat malam hari sebelum tanggal satu yang disebut malam satu suro.
Sementara itu, bagi beberapa daerah di Jawa, malam 1 Suro biasanya diperingati dengan tradisi kirab.
Dikutip dari TribunJogja.com, tanggal 1 Suro pada tahun 2022 bertepatan dengan tanggal 30 Juli 2022 dan jatuh pada pasaran Sabtu Pahing.
Lalu, mitos-mitos malam 1 suro apa saja yang masih diyakini masyarakat sampai saat ini?
Simak sederet mitos malam 1 Suro atau malam Tahun Baru Islam yang masih dipercaya masyarakat.
Tahun ini, 1 Muharram yang merupakan Tahun Baru Islam 1444 H jatuh pada Sabtu, 30 Juli 2022.
Melansir Kompas tv, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama (Dirjen Bimas Kemenag) Kamarrudin Amin, mengungkapkan tahun baru Islam atau 1 Muharram 1444 H jatuh pada Sabtu, 30 Juli 2022.
Sebelumnya, pemerintah menetapkan Hari Raya Idul Adha atau 10 Dzulhijjah 1443 H jatuh pada 10 Juli 2022.
Hal tersebut ditetapkan dalam sidang isbat atau penetapan awal bulan Dzulhijjah 1443 H.
Bila mengacu pada penanggalan tersebut, 1 Muharram 1444 H jatuh pada 31 Juli 2022, namun, penetapan 1 Muharram 1444 H jatuh pada 30 Juli 2022 ini telah dibenarkan pihak Kemenag.
Selain memperingati Tahun Baru Islam, dalam masyrakat jawa 1 Muharram juga disebut sebagai malam 1 Suro.
Dalam kepercayaan adat jawa, tanggal 1 Muharram kerap diwarnai dengan berbagai mitos malam 1 Suro.
Sebagian masyarakat percaya, malam 1 Suro adalah malam yang sakral dan mistis.
Dalam kalender Jawa-Islam Suro diartikan sebagai bulan yang pertama.
Penyebutan kata 'Suro' bagi orang Jawa ialah bulan Muharam dalam kalender Hijriah.
Kata tersebut berasal dari kata 'Asyura' dalam bahasa Arab.
Berbagai mitos malam 1 Suro
Identik dengan hal mistis dan sakral, malam 1 Suro kerap dijadikan waktu melaksanakan ritual.
Satu di antaranya, Kesultanan Yogyakarta, Kasunanan Surakarta, dan Kasepuhan Cirebon yang rutin mengadakan ritual pada malam 1 Suro.
Ritual yang dilakukan dapat berupa masyarakat mengelilingi keraton dalam diam, memandikan benda pusaka, mandi kembang, dan mengarak kerbau bule.
Ritual yang dilakukan dipercaya membawa berkah, namun di sisi lain, berbagai mitos malam 1 Suro dipercaya bisa mendatangkan kesialan bagi orang-orang yang melanggar pantangan.
Berikut beberapa mitos yang dipercaya untuk tidak dilakukan saat malam 1 Suro:
1. Tapa bisu atau tak boleh berbicara
Beberapa orang Jawa memilih ritual pada malam 1 Suro, salah satunya adalah tapa bisu atau tidak boleh berbicara sama sekali.
Ritual ini biasanya dilakukan saat mengelilingi benteng Keraton Yogyakarta.
Selain tak boleh bicara, orang tersebut juga tidak boleh makan, minum serta merokok saat melakukan ritual tapa bisu.
2. Tak boleh keluar rumah
Masyarakat jawa percaya bahwa setiap malam 1 Suro lebih baik berdiam diri di rumah.
Mitos yang dipercaya apabila melanggar aturan ini maka orang tersebut akan mendapatkan kesialan dan hal buruk.
3. Pindah rumah
Berdasarkan primbon Jawa orang tidak disarankan untuk pindah rumah pada saat malam 1 Suro. Orang jawa percaya ada hari baik dan hari buruk.
4. Tidak menggelar pernikahan
Orang tua Jawa percaya bahwa menikahkan anaknya di bulan Suro akan mendatangkan kesialan.
Namun beberapa orang mengatakan bahwa hal ini adalah mitos belaka.
Alasannya, jika masyarakat mengadakan pesta pernikahan pada malam 1 Suro dianggap menyaingi ritual keraton yang akan dirasa sepi.
Hal ini juga berlaku pada pesta-pesta lainnya seperti pesta sunatan atau pesta syukuran lainnya dan hal ini mash dipercaya oleh orang Jawa.
Artikel Ini Telah Tayang Sebelumnya di TribunJakarta.com dengan Judul "1 Muharram Jatuh Pada 30 Juli 2022, Ini Sederet Mitos Malam 1 Suro yang Masih Dipercaya Masyarakat"
Source | : | TribunJakarta.com |
Penulis | : | Nindy Nurry Pangesti |
Editor | : | Nindy Nurry Pangesti |
Komentar