GridFame.id -
Mata uang rupiah terus mengalami penurunan.
Saat ini nilai tukar rupiah mencapai angka Rp 15000 per dolar AS.
Kondisi ini membuat nilai tukar rupiah semakin lama melemah.
Melemahnya rupiah ini dikarenakan terjadinya inflasi yang semakin naik.
Meskipun begitu, ternyata tak membuat Presiden Jokowi menjadi khawatir.
Dimana menurutnya lemahnya nilai tukar rupiah masih lebih baik.
Ia menuturkan ada beberapa negara yang turun lebih parah.
Ada yang mnius dari 15 % hingga 25 %.
Menkesu Sri Mulyani pun juga memberikan penjelasan terkait turunnya tukar rupiah.
Sebelumnya pada Kamis (29/9/2022) sore, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berada di level Rp15.263.
Baca Juga: Cara Menaikkan Limit Shopee Paylater hingga Jutaan Rupiah Simak Triknya!
Fluktuasi nilai tukar mata uang Garuda utamanya terdampak sentimen ekspektasi pasar yang mengkhawatirkan bank sentral Amerika Serikat The Federal Reserve (The Fed) masih akan agresif menaikkan suku bunga.
Naiknya suku bunga juga merupakan respon Bank Sentral untuk melawan inflasi yang semakin meningkat di AS.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) menilai posisi rupiah masih jauh lebih baik jika dibandingkan dengan nilai tukar Negara lain.
Menurut Jokowi, rupiah hanya melemah minus 7 persen, jauh lebih baik dibandingkan dengan nilai tukar mata uang negara Asia seperti China, Jepang dan Filipina.
"Kita tahu kalau dilihat angkanya (rupiah) kita masih baik, nilai tukar kita melemah minus 7.
Dibandingkan negara lain, Jepang minusnya 25 persen, RRT minus 13 persen, Filipina minus 15 persen dan lain-lain," kata Jokowi saat membuka seminar UOB Economic Outlook, Emerging Stronger in Unity and Sustainability, Kamis (29/9/2022).
Sementara itu, Menkeu Sri Mulyani dalam kesempatan yang berbeda menjelaskan, mengungkapkan, penguatan dollar Amerika Serikat (AS) sangat berdampak signifikan terhadap perkembangan nilai tukar seluruh mata uang di dunia, termasuk rupiah.
"Dollar indeks mengalami penguatan hingga 110. Kalau dolar menguat lawan mata uang yang lain terutama emerging market, ini (akan berdampak) mengalami depresiasi,” ujar Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KiTa, belum lama ini.
“Jadi, makin kuat dollar AS, berarti lawan akan semakin lemah," sambungnya.
Sri Mulyani kembali menjelaskan, pasar keuangan global yang sebelumnya sempat mereda kini justru kembali mengalami gejolak. Salah satu penyebabnya adalah dipengaruhi oleh kebijakan moneter Bank Sentral AS alias the Fed.
Sebagai informasi, The Fed kembali menaikkan suku bunga acuannya pada 22 September 2022 sebesar 75 basis poin.
Bahkan The Fed dengan sinyal hawkish-nya, mengisyaratkan kenaikan suku bunga akan terjadi hingga tahun depan. Hal ini semakin membebani ekonomi dunia bahwa tren suku bunga bakal mendorong AS ke dalam perlambatan pertumbuhan.
Soal Kemungkinan Melemah ke Level Rp16.000
Pengamat Pasar Keuangan Ibrahim Assuaibi mengatakan, kemungkinan rupiah dapat melemah ke level Rp16.000 sangatlah kecil.
Menurutnya, Pemerintah dan Bank Indonesia (BI) tidak akan membiarkan mata uang Garuda terdepresiasi terlalu dalam.
Sejumlah kebijakan dan strategi ekonomi pastinya akan diterapkan untuk mengatasi permasalahan stabilitas nilai tukar mata uang.
"Angka Rp16.000 itu paling tinggi dan paling besar. Namun kemungkinannya kecil untuk tercapai. Karena apa? Pemerintah dan Bank Indonesia tidak akan begitu saja tinggal diam dan akan melakukan intervensi," papar Ibrahim.
"Buktinya hari ini, kembali mengalami penguatan. Artinya kebijakan strategi ekonomi yang diterapkan Pemerintah dan Bank Indonesia bisa menahan laju pelemahan mata uang rupiah," pungkasnya.
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Rupiah Melemah Rp15.000 Per Dolar AS, Begini Tanggapan Jokowi, Menkeu Hingga Pengamat
Baca Juga: Waduh! Nilai Tukar Rupiah Turun Dratis Sampai 0,24 Persen Per Dollar AS
Source | : | Tribunnews.com |
Penulis | : | Ayudya Winessa |
Editor | : | Ayudya Winessa |
Komentar