GridFame.id -
Dalam era digital seperti sekarang, komunikasi melalui aplikasi pesan seperti WhatsApp telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari.
Namun, di balik kemudahan dan kenyamanan yang ditawarkan, terdapat risiko besar terkait penipuan yang dapat mengancam keamanan finansial dan privasi kita.
Salah satu bentuk penipuan yang semakin marak adalah penipuan melalui WhatsApp.
Di media sosial sempat ramai kasus penipuan dengan modus phishing.
Dimana pelaku menyamar sebagai orang terdekat ataupun website resmi pemerintah.
Salah satu contoh yang semoat ramai adalah modus penipuan menyamar menjadi pihak dari bank BNI.
Pelaku akan mengirimkan sebuah link agar di klik oleh korban itu.
Ketika sudah diklik nantinya data-data pribadi bisa diambilnya.
Seperti passwrod m-banking, pin e-wallet yang membuat uang kita ludes begitu saja.
Tidak hanya melalui metode phishing, penipu juga menggunakan berbagai modus lain yang mungkin tidak langsung terlihat.
Berikut ini adalah lima modus penipuan di WhatsApp yang tanpa disadari bisa membuat saldo rekening kita ludes.
Baca Juga: Waduh! Gegara Klik Link Phising Lazada, Saldo DANA Warganet Ini Ludes Begitu Saja
1. Modus "Pemenang Undian" atau "Hadiah"
Penipu sering kali mengirim pesan yang mengklaim kita sebagai pemenang undian atau hadiah dari perusahaan tertentu.
Mereka akan meminta informasi pribadi seperti nomor rekening, Kartu Tanda Penduduk (KTP), atau bahkan data kartu kredit untuk mengklaim hadiah tersebut.
Setelah mendapatkan informasi tersebut, penipu dapat dengan mudah melakukan tindakan ilegal seperti pencurian identitas atau penarikan dana dari rekening Anda.
2. Modus "Pinjaman Online" atau "Modal Usaha"
Penipu juga dapat berpura-pura sebagai pemberi pinjaman online atau investor yang menawarkan modal usaha.
Mereka akan meminta Anda untuk mengirim sejumlah uang sebagai "biaya administrasi" atau "jaminan" untuk mendapatkan pinjaman atau investasi tersebut.
Setelah Anda mentransfer uang, penipu akan menghilang dan Anda tidak akan pernah menerima pinjaman atau modal yang dijanjikan.
3. Modus "Minta Bantuan Darurat"
Penipu dapat berpura-pura menjadi teman atau anggota keluarga yang sedang mengalami masalah darurat, seperti kecelakaan atau masalah kesehatan yang memerlukan biaya segera.
Dalam situasi emosional seperti ini, banyak orang cenderung bereaksi cepat tanpa berpikir panjang, sehingga penipu dapat dengan mudah mengambil keuntungan dari situasi tersebut.
4. Modus "Cek Kesehatan Keuangan"
Penipu dapat berpura-pura menjadi ahli keuangan atau konsultan yang menawarkan layanan untuk mengecek kesehatan keuangan Anda.
Mereka mungkin akan meminta Anda untuk mengirim rincian akun bank atau informasi keuangan lainnya.
Dengan informasi ini, penipu dapat dengan mudah mengakses rekening Anda atau bahkan mencuri identitas Anda.
5. Modus "Lowongan Kerja" atau "Pelatihan"
Penipu dapat mengirimkan tawaran pekerjaan atau pelatihan yang terlihat menarik melalui pesan WhatsApp.
Mereka akan meminta Anda untuk membayar sejumlah uang sebagai biaya pendaftaran atau pelatihan.
Setelah Anda mentransfer uang, mereka akan menghilang tanpa memberikan pekerjaan atau pelatihan yang dijanjikan.
Tips untuk Menghindari Penipuan di WhatsApp:
- Verifikasi Identitas: Selalu verifikasi identitas pihak yang menghubungi Anda sebelum memberikan informasi pribadi atau mentransfer uang.
- Jangan Bereaksi Emosional: Hindari mengambil keputusan terburu-buru dalam situasi emosional, terutama ketika diminta untuk mentransfer uang dalam waktu singkat.
- Cek Kredibilitas: Selidiki perusahaan atau individu yang menghubungi Anda melalui sumber yang dapat dipercaya sebelum mengambil tindakan lebih lanjut.
- Gunakan Sumber Resmi: Jika Anda menerima penawaran atau informasi penting, pastikan Anda mendapatkannya melalui sumber resmi seperti situs web resmi perusahaan atau nomor kontak yang terdaftar.
- Berbagi Informasi Secara Bijak: Jangan pernah memberikan informasi pribadi atau keuangan melalui pesan WhatsApp, terutama kepada orang yang tidak Anda kenal dengan baik.
Sebagian isi artikel ini ditulis dengan menggunakan bantuan kecerdasan buatan.
Penulis | : | Ayudya Winessa |
Editor | : | Ayudya Winessa |
Komentar