Alasannya antara lain suplai anakan ayam atau DOC (day old chick) yang sudah terlalu banyak, sehingga biaya menetaskan telur lebih mahal dari harga jual DOC.
Telur HE berwarna lebih putih atau pucat dibandingkan telur ayam negeri yang dihasilkan dari peternakan ayam layer.
Ukurannya pun hampir sama, dan tak ada perbedaan rasa ketika sudah dimasak untuk dikonsumsi.
Kendati demikian, berbeda dengan telur ayam negeri, telur HE lebih cepat membusuk, biasanya setelah lewat satu minggu.
Baca Juga: Terlalu Banyak Kesedihan di 2020, Annisa Pohan Bagikan Kabar Duka: 'Belum Kering Air Mata Kami. . .'
Ini karena telur HE berasal dari ayam yang telah dibuahi pejantan.
Selain itu, telur HE biasanya sudah beberapa hari tersimpan di tempat penyimpanan maupun mesin tetas perusahaan.
Faktor inilah yang membuat telur HE harganya jauh lebih murah dibandingkan telur ayam ras yang warnanya lebih kecoklatan.
Karena berasal dari telur yang tak terpakai atau produk buangan breeding, harga telur HE ini sangat murah.
Harganya hanya berada di kisaran Rp 4.000 - Rp 10.000/kg, jauh di bawah harga telur ayam ras yang umumnya dijual di pasar di atas Rp 20.000/kg.