GridFame.id - Video jenazah anak buah kapal (ABK) asal Indonesia yang dibuang ke laut sempat mengegerkan beberapa hari lalu.
Melalui infromasi yang diungkap oleh media Korea Selatan, terlihat jelas bahwa ada eksploitasi para ABK di dalam kapal tersebut.
Para ABK Indonesia diperlakukan seperti budak yang harus bekerja 30 jam hingga meminum air laut yang disuling hingga sakit.
Aksi perbudakan tersebut mendapatkan kecaman dari berbagai pihak mulai dari perkumpulan WNI di Korea Selatan hingga mantan Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti.
Setelah video tersebut viral, para ABK di Kapal Long Xing 629 dipulangkan ke Indonesia.
Totalnya ada 14 ABK yang telah tiba di Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten.
Para ABK berangkat dari Bandara Inchon, Korea Selatan menggunakan maskapai Garuda Indonesia.
Sebelumnya, para ABK sudah melakukan karantina wajib di Busan sesuai dengan protokol kesehatan Korea Selatan.
Dubes Indonesia untuk Korea Selatan, Umar Hadi menambahkan bahwa kepulangan para ABK ini ditemani oleh perwakilan KBRI Seoul melalui Kompas TV, Sabtu (9/5/2020).
"Dari KBRI Seoul telah mendampingi keberangkatan 14 orang warga negara Indonesia yang semula bekerja di kapal Long Xing 629 dengan masa karantina wajib ditempatkan di satu hotel di kota Busan," ungkap Umar Hadi.
Para ABK juga harus melalui protokol lesehatan pencegahan Covid-19.
14 ABK tersebut akan dibawa ke save house untuk diselidiki lebih lanjut.
Atas adanya kasus ini, Komnas HAM mendesak Kementerian Luar Negeri dan perwakilan Indonesia di Korea Selatan dan Beijing untuk menelusuri pembuangan jenazah di laut.
Komnas HAM juga meminta pemerintah membenahi sistem pencarian kerja bagi ABK di luar negeri.
Selain itu, kurangnya pengawasan juga bisa menimbulkan celah bagi eksploitasi.
Ahmad Taufan Damanik selaku Ketua Komnas HAM, mencurigai adanya perdagangan manusia di kapal asing.
Hal ini dilihat dari adanya ABK Indonesia di kapal asing yang berusia sangat muda.
Tak hanya itu, asupan gizi dan tersedianya fasilitas kesehatan di kapal asing harusnya bisa diakses oleh semua kru.
"Terjadi kelalaian dalam pemberian asupan gizi dan pelayanan kesehatan sehingga timbul korban," ungkap Ahmad Taufan.