Find Us On Social Media :

Ya Ampun! Belum Selesai dengan Varian Delta Plus, Sejumlah Peneliti Menemukan Covid-19 Varian Lambda, Apa Itu?

Varian Lambda

GridFame.id - Belum lama ini para peneliti di Jepang kembali menemukan virus Covid-19 varian baru.

Padahal varian sebelumnya, delta plus sudah membuat orang bergidik ngeri.

Nampaknya, pandemi Covid-19 ini masih akan terus berlanjut dan belum ada lampu hijau kapan selesainya.

Sempat beredar isu jika varian delta plus telah masuk ke Indonesia.

Kabarnya, varian delta plus ini masih sulit ditangani dan tak bisa terdeteksi menggunakan SWAB PCR biasa.

Belum selesai soal varian delta plus, virus Covid-19 kembali bermutasi menjadi varian baru yaitu Lambda.

Mirip dengan Delta, varian Lambda mungkin lebih menular dan kebal vaksin Covid-19.

Dalam studi pracetak yang belum ditinjau rekan sejawat, dipaparkan bahwa varian Lambda mampu melewati antibodi penetral yang dapat melawan virus.

Para peneliti mengatakan, ada sejumlah mutasi yang ditemukan di protein lonjakan atau protein spike varian Lambda, yang membuatnya lebih resistan terhadap antibodi dari orang yang sudah divaksin.

Robert Quigley, MD, DPhil, wakil presiden senior dan direktur medis global di International SOS mengatakan kepada Verywell bahwa temuan ini tidak mengejutkan, tetapi harus diamati secara kritis.

"Kami melihat tren yang diprediksi para komunitas ilmiah, bahwa semakin lama Covid-19 dibiarkan maka kita menuju ke arah kemanjuran vaksin yang berkurang dalam melawan virus corona," kata Quigley.

Dilansir dari Verywell Health, Rabu (4/8/2021), para peneliti tidak merinci apakah varian Lambda lebih berbahaya dibanding Delta.

Baca Juga: Masyarakat Harap Lebih Selektif! Bukan Membuat Virus Corona Bermutasi ke Varian Baru, Ini yang Terjadi Jika Vaksin Covid-19 Masuk ke Tubuh Kita

Namun mereka menggarisbawahi, karena varian Lambda dimasukkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam kategori variant of interest (VoI) bukan variant of concern (VoC), orang mungkin tidak menganggap varian Lambda sebagai ancaman.

Seperti diketahui, variant of concern adalah varian virus corona yang dianggap WHO dapat mengancam kesehatan global karena terbukti lebih mudah menular, menyebabkan penyakit yang lebih parah, dan dapat menghindari perlindungan vaksin atau efektivitas pengobatan.

Hingga saat ini ada 4 varian Covid-19 yang masuk VOC, yakni varian Alpha (B.1.1.7), varian Beta (B.1.351), varian Gamma (P.1), dan varian Delta (B.1.617.2).

Sementara itu, varian of Interest (VoI) adalah varian dengan penanda genetik spesifik yang dikaitkan dengan perubahan pada pengikat reseptor, berkurangnya netralisasi oleh antibodi, berkurangnya kemanjuran pengobatan, hingga prediksi peningkatan penularan atau keparahan penyakit.

Menurut penelitian, fitur virologi Lambda dan bagaimana mereka berevolusi belum diketahui secara jelas.

Baca Juga: Hati-hati! Orang dengan Kondisi Ini Mudah Terkena Virus Corona Varian Delta Plus, Berikut Cara Pencegahannya

Studi lain juga menemukan bahwa varian Delta menunjukkan beberapa tingkat resistensi terhadap vaksin Covid-19.“Tidak ada yang menginkan ada virus yang memiliki kemampuan menyebar lebih cepat dan resistan terhadap vaksin. Ini mengkhawatirkan," kata Quigley.

Dia menambahkan, ini artinya para ilmuwan perlu mengembangkan vaksin baru ketika kita menemukan bukti tersebut.

"Kabar baiknya, kita belum sampai di sana," katanya. Diberitakan Kompas.com 19 Juni 2021, WHO menyebutkan, varian Lambda awalnya terdeteksi di Peru pada Agustus 2020 dan sejak itu dilaporkan di 29 negara di seluruh dunia, sebagian besar di Amerika Latin, termasuk Argentina dan Cile.

Hingga saat ini varian Lambda belum terdeteksi di Indonesia.

"Pada 14 Juni, varian yang ditetapkan untuk garis keturunan (penamaan) Pango C.37, klad GISAID GR/452Q.V1, klad NextStrain 20D, ditetapkan sebagai VOI global, dan diberi label oleh WHO sebagai Lambda," ujar WHO.

Baca Juga: Waspada! Virus Corona Varian Delta Plus sudah Terdeteksi di Indonesia, Berikut Gejalanya

 

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Studi Baru: Varian Lambda Lebih Menular dan Kebal Vaksin Covid-19"