"Tapi sejujurnya setelah 3 bulan, 6 bulan, apa yang betul-betul kamu tingkatkan dari pekerjaan sebelumnya?" imbuhnya.
"Apakah kamu betul-betul melakukan pekerjaan dengan baik? Ini juga red flags," tutur Farina lagi.
Menurut Farina, hal itu bisa menjadi cerminan bahwa seseorang tidak benar-benar paham awareness terhadap kemampuan mereka sendiri.
Mereka kurang paham bahwa syarat bekerja tidak hanya pengalaman yang tertulis di atas kertas, tetapi tergambar pada apa yang sudah dicapai.
Pencapaian itu harus ditunjukkan secara real dan dapat dipertanggungjawabkan, sehingga perekrut melihat sejauh mana performa kandidat.
Di samping itu, kandidat tidak hanya perlu memperhatikan performa dan pencapaian pribadinya ketika bernegosiasi seputar gaji.
Bahwasanya kamu mesti pula mempertimbangkan apakah industri sedang down atau tidak.
Apabila kamu meminta gaji besar sedangkan industri tengah lesu, bisa dipastikan perusahaan tidak akan menerimamu.
Bahkan kalaupun diterima, kamu mungkin menjadi salah satu yang terkena PHK apabila terjadi sesuatu dengan perusahaan.
"Kadang-kadang di saat bull market mungkin kamu bisa mendapatkan gaji tinggi. Tapi saat industri lagi down, tentunya orang-orang ini yang akan pertama di-layoff," tambah Farina.
Bila demikian, Farina menambahkan akan sulit bagimu untuk bisa kembali ke salary yang sudah meningkat.
Baca Juga: Jangan Sampai Terjebak! Ini Dia 3 Modus Pinjol Ilegal yang Paling Banyak Memakan Korban