Kus sendiri berpendapat, wacana pengaturan besaran bunga fintech lending harus membuka ruang untuk penyesuaian segmentasi.
Misalnya, pinjaman dengan ticket size kecil jangan sampai melebihi minimum cost.
Bila sampai lebih, maka persentase bunganya akan tinggi.
"Kami berharap mungkin beberapa segmen di multiguna (bunga) dapat dinaikkan sedikit, atau di segmen tertentu memang harus diturunkan," imbuh dia.
AFPI sendiri telah memberikan masukan untuk bunga fintech lending ini berada pada kisaran 0,4-0,6 persen.
Kus memberi gambaran, misalnya untuk pinjaman dengan risiko tinggi dan ticket size kecil, butuh bunga yang lebih besar.
Sedangkan, pinjaman dengan ticket size besar, dapat dikenakan bunga yang kecil.
"Misalnya untuk pinjaman yang setahun untuk ticket size Rp 10 juta itu tidak mungkin bunganya lebih kecil dari 0,4 persen. sudah naturan seperti itu, sekarang (industri) sudah jalan," ungkap dia.
Terkahir, Kus menyebut, kebutuhan pinjaman dengan ticket size kecil pada rentang Rp 500 - Rp 1 juta sangat digandrungi anak muda.
"Itu tidak apa, karena mereka punya income gaji. Jadi kalau gajian dapat mereka tutup langsung atau jadi tiga kali," tandas dia.
Baca Juga: OJK Bocorkan Cara Kerja Joki Pinjol yang Licik, Utang Bukannya Lunas Malah Berpotensi Masuk Bui!