Find Us On Social Media :

Pantas Banyak yang Nangis! Anak Muda Tak Sadar, Inilah yang Bikin Paylater Jadi Sumber Utang

GridFame.id - Pasti Anda sudah sering dengar soal galbay paylater.

Paylater memang menggiurkan siapa saja, terutama anak muda.

Bagaimana tidak, prosesnya lebih mudah dan bunganya pun lebih rendah daripada pinjol.

Apalagi biasanya paylater sudah ada pada aplikasi yang digunakan sehari-hari.

Sebut saja Gojek, Shopee, Traveloka, Lazada, dan lain-lain.

Hal ini langsung dimanfaatkan anak muda untuk membeli berbagai barang, bahkan yang sepertinya tidak terlalu dibutuhkan.

Akibatnya, saat tagihan muncul, banyak yang kaget karena tidak menduga kalau ada banyak hal yang seharusnya diperhitungkan.

Meski mudah dan praktis, paylater tetap menjadi utang yang wajib dibayar sesuai persyaratan dan kesepakatan pinjaman.

Jika Anda masih memiliki kebiasaan berikut, pikirkan dua kali sebelum menggunakan paylater agar tidak menjadi bumerang di kemudian hari.

1. Terlalu konsumtif

Perilaku konsumtif, seperti terlalu sering membeli barang yang tidak dibutuhkan, menjadi salah satu kebiasaan yang patut dihindari.

Terlebih, jika menggunakan sistem paylater ataupun kredit sebagai metode pembayaran.

Baca Juga: Lebih Dari 60% Pengguna Paylater Adalah Kaum Milenial, Tips Cara Bayar Cicilan dengan Aman Agar BI Checking Bersih

Perlu diketahui, penggunaan paylater lebih disarankan untuk kebutuhan yang bersifat produktif.

Untuk diketahui, utang produktif adalah pinjaman yang digunakan untuk menghasilkan kembali uang dengan jumlah yang lebih banyak di masa depan.

Sebagai contoh, utang yang digunakan untuk modal usaha atau membeli laptop guna menunjang pekerjaan sampingan (side job).

Meski begitu, utang produktif tidak hanya sebatas untuk kebutuhan modal usaha saja.

Anda juga boleh menggunakan utang untuk membeli smartphone ataupun produk fesyen selama barang yang hendak dibeli sesuai dengan kebutuhan.

Pastikan pula pengajuan kredit paylater juga berlandaskan pada kebutuhan, tidak sekadar keinginan untuk memenuhi gengsi belaka, sementara smartphone atau gawai lama dimiliki masih mumpuni untuk digunakan.

2. Tidak mengukur kemampuan finansial

Tak sedikit pengguna paylater belum mampu mengukur kemampuan finansial sebelum melakukan pembelian secara online.

Hal ini juga harus dihindari ketika seseorang hendak menggunakan paylater.

Pasalnya, orang dengan kebiasaan tersebut dapat dengan mudah melakukan check-out barang tanpa pertimbangan.

Alhasil, jumlah tagihan berisiko membengkak sehingga memengaruhi cash flow pada bulan berikutnya.

Oleh karena itu, Anda harus mengetahui kemampuan bayar utang setiap bulan jika ingin menggunakan paylater.

Baca Juga: Daripada Terjebak Utang, Mending Coba Pakai Paylater Syariah yang Jauh Lebih Untung

Agar kondisi finansial tetap terjaga, jangan berhutang lebih dari 30 persen dari pendapatan bulanan.

Dengan begitu, Anda masih memiliki 70 persen anggaran yang dapat digunakan untuk kebutuhan sehari-hari sekaligus menabung.

Jangan sampai Anda memiliki cicilan bulanan yang tidak sesuai dengan kemampuan bayar.

Jika dipaksakan, Anda bisa terjebak pada kredit macet sehingga beban utang menumpuk.

3. Tidak mengenali risiko

Tak kalah penting dipahami adalah paylater bukan uang cadangan atau tambahan, tetapi alat pembayaran berupa pinjaman yang harus dilunasi sesuai dengan kesepakatan.

Oleh karena itu, paylater juga memiliki risiko yang sama dengan utang, yaitu kemungkinan telat bayar.

Agar pembayaran lancar, Anda perlu mengetahui kemampuan finansial diri sendiri serta memperhatikan timing penggunaan paylater.

Pasalnya, telat bayar pinjaman dapat berpengaruh terhadap skor kredit Anda.

Jadi, jangan sampai tagihan utang lebih besar dari pendapatan, ya!

Pasalnya, hal ini dapat mengganggu arus kas.

Selain itu, hindari pula membayar saat jatuh tempo.

Bayarlah cicilan sebelum gajian agar pembayaran tetap lancar.

Baca Juga: Aplikasi Paylater Legal Ini Ditutup OJK, Tagihan Debitur yang Masih Nunggak Otomatis Lunas?