GridFame.id - Tahukah Anda, tekanan darah tinggi menjadi salah satu penyakit yang harus diwaspadai.
Tekanan darah tinggi merupakan kondisi berbahaya yang dapat merusak jantung.
Penyakit ini diderita oleh hampir 1 miliar orang di dunia.
Bahkan penyakit ini juga kerap dijuluki sebagai 'silent killer'.
Jika dibiarkan tidak terkontrol, tekanan darah tinggi meningkatkan risiko penyakit jantung dan stroke.
Sayangnya belum banyak yang menyadari bahaya penyakit ini.
Tak jarang beberapa gejala yang muncul pun dianggap remeh dan disepelekan.
Mulai sekarang tolong waspadai beberapa gejala yang muncul pada tubuh.
Termasuk sakit kepala dan mimisan.
Jantung memompa darah yang kaya oksigen ke berbagai bagian tubuh melalui pembuluh darah utama yang disebut arteri.
Tekanan darah (BP) adalah kekuatan yang diterapkan oleh darah di dinding arteri. TD terdiri dari dua angka: TD sistolik dan TD diastolik.
Angka pertama, TD sistolik, adalah TD saat jantung berdetak. Angka kedua, disebut TD diastolik, adalah TD saat jantung beristirahat di antara dua detak.
Pembacaan normal tekanan darah sistolik dan diastolik adalah 120/80 mmHg. Tekanan darah tinggi atau hipertensi didiagnosis ketika pembacaan sistolik dan diastolik lebih besar dari atau sama dengan 140 mmHg dan 90 mmHg, masing-masing.
Secara global, satu dari empat orang menderita hipertensi. Sekitar 3,5 miliar orang memiliki tingkat TD lebih dari 110–115 mmHg, dan 874 juta orang memiliki TD sistolik lebih dari 140 mmHg.
Orang dengan pembacaan TD antara 120/80 dan 129/89 mmHg dianggap sebagai prahipertensi. 0rang-orang ini tidak memiliki tekanan darah serendah yang seharusnya tetapi tidak dianggap menderita hipertensi.
Ada dua tahapan hipertensi:
- Tahap I: Saat pembacaan BP 130/80 mmHg.
- Tahap II: Ketika pembacaan BP lebih besar dari atau sama dengan 130/80 mmHg.
Pembacaan TD yang lebih besar dari 180/110 mmHg dianggap sebagai "krisis hipertensi", dan pasien memerlukan perhatian medis segera.
Tekanan darah tinggi dikenal sebagai "silent killer", dan tekanan darah harus diukur secara teratur karena hipertensi tidak memiliki gejala atau tanda peringatan, dan banyak orang tidak menyadari bahwa mereka memiliki tekanan darah tinggi.
Pasien tertentu dapat mengalami masalah jantung atau ginjal tanpa mengetahui bahwa mereka menderita hipertensi.
Beberapa gejala yang terkait dengan hipertensi meliputi sakit kepala, mimisan, masalah penglihatan, denyut jantung meningkat, nyeri dada, mendengung di telinga, muntah, kebingungan, kegelisahan dan tremor otot.
Penyebab hipertensi sekunder dapat disebabkan oleh kondisi medis yang sudah ada seperti penyakit ginjal kronis, diabetes, arteri tersumbat, sindrom Cushing, masalah tiroid, gangguan tidur, kehamilan dan pembuluh darah menyempit yang memasok darah ke ginjal.
Obat-obatan tertentu seperti dekongestan, antidepresan, pil KB, dan obat penghilang rasa sakit dapat menyulitkan tubuh untuk mengontrol tekanan darah.
Beberapa faktor yang diketahui meningkatkan risiko hipertensi namun dapat diperbaiki dengan perubahan gaya hidup adalah;
- Pola makan tidak sehat seperti lemak tinggi, dan asupan buah dan sayuran rendah.
- Obesitas atau kelebihan berat badan
Baca Juga: Besok Harus Coba! Ini 4 Manfaat Puasa Bagi Komorbid Hipertensi
- Kurang bergerak dan malas berolahraga
- Terlalu banyak konsumsi kafein, alkohol, dan tembakau
- Penggunaan obat-obatan terlarang seperti kokain dan metamfetamin
- Kurang tidur
Sementara itu, ada faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi meliputi:
- Usia: Pembuluh darah menebal seiring bertambahnya usia, yang menyebabkan peningkatan tekanan darah.
Pria paruh baya mungkin mengalami tekanan darah tinggi daripada wanita, sedangkan pada orang dewasa yang lebih tua, wanita lebih mungkin mengembangkan tekanan darah tinggi.
- Riwayat keluarga hipertensi dan genetika
- Stres
Baca Juga: 3 Racikan Minuman Khusus Penderita Hipertensi
Artikel Ini Telah Tayang Sebelumnya di GridHealth.id dengan Judul "Tekanan Darah Tinggi Disebut 'Silent Killer', Padahal Ini Gejalanya"
Source | : | GridHEALTH |
Penulis | : | Nindy Nurry Pangesti |
Editor | : | Nindy Nurry Pangesti |
Komentar