GridFame.id - Hati orang tua mana yang tak hancur ditinggal sang buah hati untuk selama-lamanya.
Rasanya tak ada kata yang mampu menggambarkan kesedihan hati Ridwan Kamil dan Atalia Praratya saat ini.
Hari ini, Senin (13/6/2022), keduanya harus melepas sang putra kesayangan, Emmeril Kahn Mumtadz ke peristirahatan terakhirnya.
Sebelumnya, Ridwan Kamil dan rombongan yang membawa peti jenazah Eril tiba pukul 15.57 WIB di area cargo bandara Soekarno-Hatta.
Kemudian jenazah dibawa ke Gedung Pakuan Bandung pukul 20.00 WIB. Gubernur Ridwan Kamil langsung memimpin solat jenazah.
Pada Senin (13/6/2022) jenazah akan diberangkatkan ke peristirahatan terakhir di Kampung Geger Beas, Desa Cimaung, Kecamatan Cimaung, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, pukul 09.00 WIB.
Meski terlihat tegar, Ridwan Kamil tak kuasa membendung air mata saat gundukan tanah mulai menutupi jasad putra yang telah ia tunggu kepulangannya selama 14 hari itu.
Pasca prosesi pemakaman selesai, Ridwan Kamil pun bergetar membacakan sepucuk surat yang ditulis dan ia persembahkan untuk Eril.
Suami Atalia Praratya itu secara terang-terangan mengatakan kepergian Eril menjadi pukulan telak dalam hidupnya.
Dilansir dari akun instagram @lambegosiip, Ridwan Kamil terlihat bergetar membacakan surat cinta yang ditulisnya untuk Eril.
Pasca prosesi pemakaman putranya selesai, Ridwan Kamil mengungkapkan isi hatinya sejak Eril dikabarkan hilang di Sungai Aare.
Berikut isi surat Ridwan Kamil sebagai persembahan terakhirnya untuk Eril:
"Izinkan saya menyampaikan sepenggal rasa cinta, siapa itu Eril dan apa hikmah dari kepergian Eril. 14 hari bisa terasa pendek dalam hidup rutin yang sehari-hari, tapi 14 hari ini menjadi begitu panjang dalam kehidupan kami.
Kami bertanya-tanya mengapa harus selama ini ya Allah, mengapa tidak lebih cepat agar semua lekas berlalu, supaya kami yang hidup tidak terlalu lama mengharu biru, tapi waktu adalah rahasia Allah yang mustahil bisa dipecahkan apalagi menyangkut tentang kelahiran dan kematian.
Waktu adalah relatif, begitulah kata orang orang yang arif, dan akhirnya kami menerimanya dengan hati yang lapang, sebab kami bisa menemukan banyak sekali petunjuk yang terang.
Dalam rentang 14 hari yang sejujurnya sangat melelahkan, namun kami pun mendapat banyak pelajaran dan menerima kearifan. Tentang hidup Eril yang secara kasat mata rasanya terlalu singkat, tapi setelah dicermati ternyata kehidupannya sangat padat penuh manfaat.
23 tahun mungkin belum cukup untuk menghasilkan karya-karya yang besar, namun terbukti ternyata memadai untuk menjadi manusia yang dicintai dengan akbar. Kami belajar tentang hidup yang tidak semata terdiri atas lamanya hari, tapi tentang tiap hela napas yang dipakai berbuat baik walau kecil dalam sehari-hari.
Bukankah tiap sejengkal tanah adalah milik Allah yang menentukan segala pergi dan pulang," tutur Ridwan Kamil.
Ridwan Kamil dengan tegar mengatakan dirinya dan keluarga sudah mengikhlaskan kepergian Eril meski dengan hati yang hancur.
"Kami mengikhlaskan Eril pergi karena kami akhirnya menyadari bahwa Allah telah mencukupkan seluruh amal-amalnya untuk menutupi kemungkinan bertambah kekhilafannya.
Mungkin akan berat, tapi kami sebenarnya sudah menyiapkan hati kalau kami tak akan pernah lagi melihat lagi jasadnya untuk terakhir kali, bukankah Eril lahir di New York yang berada jauh diseberang, mengapa tidak jika iya wafat di Swiss yang jauhnya juga tidak berbilang.
Luncuran doa yang dipanjatkan dari berbagai penjuru negeri adalah limpahan pertanda yang lebih dari cukup bagi kami untuk yakin barangkali Allah memang yang menghendaki agar kepulangannya disambut baik oleh langit dan bumi.
Bagaimana mungkin kami tidak merasa dilimpahi oleh rahmat dan kurnia saat jenazah yang terbaring ini, berada di air berhari-hari masih utuh lagi sempurna, itulah salah satu keyakinan kami bukti adanya mukjizat yang akhirnya Alhamdulillah kami diberi sempat untuk melihat tanda kekuasaan Allah sang pemberi berkat, pelajaran bagi kita yang beriman, dan yang pandai membaca isyarat.
Terakhir kami sangat bersyukur dianugerahi seorang putra yang dalam hidupnya, bahkan dalam pulangnya masih mendatangkan cinta kepada kami sang orang tua.
Kematian Eril, merupakan kehilangan yang sangat telak juga pengalaman yang sungguh dahsyat dalam momentum waktu yang nyaris sejajar, kami merasakan kehilangan yang paling besar, tapi seketika itu juga kami merasa dilimpahi kasih yang akbar.
Terima kasih, hatur nuhun, jazakallah khairun katsiran, atas segala cinta doa yang dipanjatkan untuk ananda Eril almarhum, semoga Allah membalas berlipat-lipat kebaikan Anda semuanya," pungkasnya.