Find Us On Social Media :

Ternyata Tak Menjadi Solusi, Berikut 6 Risiko Menutup Pinjol dengan Pinjaman Lainnya

risiko utang menumpuk

GridFame.id - Fenomena "gali lubang tutup lubang" dalam konteks utang pinjaman online (pinjol) semakin marak terjadi di masyarakat.

Ini adalah praktik di mana seseorang mengambil pinjaman baru untuk melunasi pinjaman lama, dengan harapan dapat mengatasi beban utang yang mendera.

Namun, solusi semacam ini seringkali memperburuk keadaan dan menyimpan berbagai risiko yang serius.

Praktik "gali lubang tutup lubang" bukanlah solusi jangka panjang yang efektif untuk masalah utang pinjol.

Sebaliknya, pendekatan ini cenderung memperburuk situasi keuangan dan meningkatkan risiko finansial serta psikologis.

Bagi mereka yang terjebak dalam siklus utang, penting untuk mencari alternatif lain seperti konseling keuangan, restrukturisasi utang, atau mengembangkan rencana pembayaran yang lebih realistis.

Dengan strategi yang lebih terencana dan bijaksana, masalah utang dapat diatasi secara lebih efektif dan berkelanjutan.

Menutup utang dari pinjaman online (pinjol) dengan mengambil pinjaman lainnya adalah praktik yang semakin umum di kalangan masyarakat yang terjerat hutang.

Meski terlihat sebagai solusi cepat untuk keluar dari masalah, praktik ini menyimpan berbagai risiko yang seringkali diabaikan.

Berikut ini adalah beberapa risiko utama yang harus diperhatikan ketika mempertimbangkan untuk menutup utang pinjol dengan pinjaman baru.

Yuk simak artikelnya!

Baca Juga: Waspada! OJK Wanti-wanti 4 Modus Penipuan Baru dari Pinjol, Mulai dari Penawaran Kerja Hingga Kode OTP

1. Risiko Bunga Berlipat Ganda

Pinjaman baru biasanya memiliki tingkat bunga yang sama tinggi atau bahkan lebih tinggi dibandingkan pinjaman sebelumnya.

Jika seseorang sudah kesulitan membayar pinjaman pertama, penambahan bunga dari pinjaman kedua akan semakin memberatkan.

Akumulasi bunga ini dapat membuat total utang yang harus dibayar menjadi jauh lebih besar daripada utang awal.

2. Terperangkap dalam Lingkaran Utang

Mengambil pinjaman baru untuk menutup utang lama bisa menciptakan siklus utang yang tidak berujung.

Praktik ini bisa membuat seseorang terus menerus meminjam untuk membayar pinjaman sebelumnya, tanpa pernah benar-benar melunasi utangnya.

Akibatnya, mereka bisa terjebak dalam lingkaran utang yang semakin sulit untuk keluar.

3. Reputasi Kredit yang Memburuk

Setiap kali seseorang mengajukan pinjaman baru, informasi tersebut akan dicatat dalam laporan kredit mereka.

Skor kredit yang rendah akan menyulitkan seseorang untuk mendapatkan pinjaman di masa depan dengan syarat yang menguntungkan.

Baca Juga: Bolehkah Satu Debt Collector Atas Namakan Dua Pinjol? Begini Aturan dan Praktiknya di Lapangan

4. Tekanan Psikologis dan Kesehatan Mental

Stres akibat beban utang yang terus meningkat dapat berdampak buruk pada kesehatan mental seseorang.

Kecemasan dan ketidakmampuan untuk melihat jalan keluar dari masalah utang bisa menyebabkan depresi, gangguan tidur, dan masalah kesehatan lainnya.

Tekanan psikologis ini bisa mempengaruhi kualitas hidup dan hubungan dengan keluarga serta teman.

5. Kehilangan Aset Pribadi

Jika seseorang menggunakan aset sebagai jaminan untuk mendapatkan pinjaman baru, mereka berisiko kehilangan aset tersebut jika gagal membayar utang.

Ini bisa mencakup rumah, kendaraan, atau barang berharga lainnya. Kehilangan aset penting bisa berdampak besar pada stabilitas keuangan dan kesejahteraan seseorang.

6. Pengeluaran yang Tidak Terkendali

Pinjaman baru seringkali datang dengan biaya tambahan, seperti biaya administrasi atau biaya layanan.

Biaya-biaya ini bisa menambah jumlah total utang yang harus dibayar.

Pengeluaran yang tidak terkontrol ini dapat membuat situasi keuangan semakin sulit, dan membuat seseorang semakin sulit untuk melunasi utang. 

Sebagian isi artikel ini ditulis dengan menggunakan kecerdasan buatan.

Baca Juga: Tak Pernah Pakai Paylater atau Pinjol, Benarkah Jadi Susah Ajukan KPR?