Ini z
GridFame.id - Pemerintah telah resmi menyalurkan Bantuan Sosial (bansos) kepada masyarakat yang terdampak Covid-19.
Besaran bansos yang akan diterima masyarakat tergantung dari kartu keluarga yang di miliki.
Namun tidak semua orang bisa mendapatkan bansos ini karena pemerintah telah melakukan evaluasi.
Hasil evaluasi pemerintah ini lah yang kemudian memperketat penerima bansos kepada masyarakat.
Kini banyak sekali penerima bansos mengeluhkan penyalurannya yang terkesan lambat.
Baca Juga: Tolak Vaksin Covid-19 Langsung Dicoret jadi Penerima Bansos? Berikut Penjelasan Pemerintah
Berikut penjelasan pemerintah terkait dengan penyaluran bansos kepada masyarakat yang lambat.
Mengutip dari Kompas.com, Presiden Joko Widodo menyinggung persoalan akurasi data pemerintah yang menyebabkan kendala pada penyaluran bantuan sosial (bansos).
Hal itu disampaikannya dalam sambutan pada rakornas pengawasan internal pemerintah yang dihadiri Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dan Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP).
"Berkaitan dengan akurasi data juga masih menjadi persoalan sampai saat ini. Dampaknya ke mana-mana, contoh data bansos tidak akurat, tumpang tindih membuat penyaluran tidak cepat, lambat dan ada yang tidak tepat sasaran," ujar Jokowi dalam tayangan YouTube Sekretariat Presiden, Kamis (27/5/2021).
Selain data penerima bansos, Jokowi juga menyoroti data penyaluran bantuan pemerintah lainnya.
Menurutnya, data pemerintah pusat dan pemerintah daerah masih sering tidak sinkron sehingga harus diperbaiki.
Oleh karena itu, Presiden meminta BPKP segera membantu peningkatan kualitas data yang dikelola pemerintah.
"Kawal integrasinya, sinkroninasikan basis data antar program untuk meningkatkan keandalan data, manfaatkan laboratorium data forensik dan data analitik yang dimiliki. BPKP kan punya," ini gunakan, manfaatkan," tegas Jokowi.
Kepala Negara melanjutkan, untuk mencapai efektivitas pengawasan internal pemerintah yang baik memerlukan komitmen dan manjemen yang juga baik dari pemerintah.
Sehingga, Jokowi meminta semua rekomendasi harus ditindaklanjuti hingga ke inti persoalan.
"Jangan berhenti di rekomendasi. Tuntaskan sampai akar masalah sehingga tidak terulang lagi di tahun berikutnya. Sudah tahu salah, diulang-ulang setiap tahun," tegasnya.
"Saya tekankan kepada bapak ibu menteri, kepala lembaga, daerah untuk menindakalanjuti dengan serius rekomendasi dari BPKP dan APIP. Jangan dibiarkan berlarut-larut, membesar dan dan akhirnya bisa menjadi masalah hukum," ungkap Jokowi.
Oleh karenanya, Jokowi meminta kepada para menteri, kepala lembaga dan pemerintah daerah memberi akses dan informasi akurat.
Baca Juga: Dapat Undangan? Begini Cara Cairkan Insentif Bansos Rp 300 Ribu di Kantor Pos
Dengan begitu APIP dan BPKP dapat bekerja secara independen dan profesional.
Jokowi juga mengingatkan agar jangan sampai karena kinerja pemerintah daerah lambat, tugas APIP dan BPKP juga terhambat.
"Banyak terjadi. Dampaknya program pemerintah juga terhambat dan terlambat. Tapi saya ingin ingatkan kepada jajaran BPKP dan seluruh APIP, keberadaannya adalah untuk membantu mencapai tujuan pembangunan, bukan untuk menakut-nakuti dan bukan untuk mencari-cari kesalahan," kata Jokowi.
"Seluruh jajaran aparat pengawas intern pemerintah harus memahami hal ini. Jangan menunggu bertindak setelah terjadi kejadian, setelah terjadi kesalahan," lanjutnya.
Mantan Gubernur DKI Jakarta itu menambahkan, pada masa sulit seperti sekarang ini, semuanya harus bekerja cepat, dan memperkuat koordinasi, memperkuat sinkronisasi, serta memperkuat check and balance.
Kemudian, saling bekerja sama, saling koreksi, saling memperbaiki, agar program-profram pemerintah berjalan efektif.
"Masyarakat mendapat manfaat sebesar-besarnya dan bangsa kita segera bangkit dari pandemi," tutur Jokowi.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Jokowi: Persoalan Akurasi Data Sebabkan Penyaluran Bansos Lambat, Tidak Tepat Sasaran"
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Luqman Ilham |
Editor | : | Miya Dinata |
Komentar