GridFame.id- Pemberitaan mengenai keefektivitasan vaksin Sinovac kembali menjadi perbincangan warganet.
Banyak beredar berita mengenai turunnya efektivitas vaksin Sinovac setelah memasuki bulan ke-6.
Bahkan vaksin Sinovac dilaporkan akan mengalami penurunan antibodi setelah bulan pasca penyuntikan doksin vaksin kedua.
Lantas bagaimana faktanya, apakah memang benar berita yang beredar di masyarakat? .
Seperti diketahui vaksin sinovac adalah salah satu vaksin yang paling banyak digunakan di Indonesia.
Vaksin ini memiliki nama Sinovac-CoronaVac yang dibuat oleh Sinovac China National Pharmaceutical Group.
Vaksin Sinovac dipilih sebagai perlindungan kepada masyarakat Indonesia terhadap penyebaran virus corona.
Sinovac digunakan dalam dua dosis yang diberi jarak 21 hari antardosis, dan bisa digunakan mulai usia 12 tahun ke atas.
Sebelumnya, vaksin sinovac tercatat memiliki nilai antibodi yang bagus yang dipercaya bisa membuat seseorang mampu melawan virus SARS-CoV-2 yang masuk ke dalam tubuhnya.
Kadar antibodi 28 hari setelah vaksin kedua adalah sebesar 39,6 sampai 49,1.
Angka tersebut sangat baik mengingat batas antibodi dinyatakan positif adalah 8.
Namun, setelah 6 bulan pemberian dosis kedua, ternyata antibodi turun hingga di bawah batas antibodi positif. Kadarnya hanya 4,1 sampai 6,7 saja.
Penjelasan Kemenkes
Juru Bicara Vaksinasi Covid-19, Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Siti Nadia Tarmizi juga menyebut efektivitas vaksin bisa menurun, namun efikasi vaksin Covid-19 Sinovac juga masih cukup untuk penanganan virus corona.
"Iya menurun bisa saja seperti vaksin Influenza. Tetapi ini masih cukup efikasinya untuk penanganan virus Covid-19," kata Nadia.
Terpisah, Ketua Tim Uji Klinis Nasional Vaksin Covid-19, Kusnandi Rusmil membenarkan bahwa antibodi dalam tubuh yang dihasilkan vaksin Covid-19 Sinovac menurun setelah 6 bulan menerima vaksin dosis kedua.
"Benar," ujar Kusnandi menguti melakui Kompas (11/10/2021).
Meski begitu, menurut Kusnandi, setiap orang yang sudah melakukan vaksin Covid-19 Sinovac dua dosis sudah memiliki antibodi yang tinggi untuk melawan virus corona.
"Tapi setiap orang yang sudah divaksin akan membentuk antibodi yang tinggi bila kontak dengan virus Covid," katanya.
Baca Juga: Dapat Jadwal Vaksinasi Covid-19 Saat Haid, Apa Boleh Dilanjutkan? Begini Tanggapan Kemenkes
Kajian Cepat Kemenkes
Bahkan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI melakukan kajian cepat keefektifan vaksinasi Sinovac terhadap infeksi COVID-19 baik perawatan maupun kematian khususnya kepada tenaga kesehatan DKI Jakarta.
Penelitian ini berfokus pada kelompok tenaga kesehatan baik yang belum divaksinasi maupun yang sudah di vaksinasi, baik dosis pertama maupun yang sudah vaksinasi lengkap sebanyak 2 dosis.
Melansir dari laman sehat negeriku (11/10/2021), hasil penelitian menunjukkan bahwa vaksin Sinovac efektif mencegah kematian.
Hal tersebut disampahkan Tim Peneliti Efektivitas Vaksin Kemenkes, Pandji Dhewantara.
Ia menyebut bahwa pemberian vaksin dosis lengkap malah sigifikan dapat menurunkan dan mencegah Covid-19 bergejala.
“Vaksinasi menurunkan risiko perawatan dan kematian sampai 98%, jauh lebih besar dibandingkan pada individu yang baru menerima dosis pertama dimana hanya efektif menurunkan sekitar 13% risiko COVID-19 bergejala ,” ujarnya.
Baca Juga: Tak Perlu Panik Jika Alami Alergi Vaksin mRNA! Ahli Sebut Aman Untuk Melanjutkan Dosis Selanjutnya
Tak hanya itu, pemberian vaksinasi Sinovac 2 dosis dapat mencegah sekitar 96% risiko perawatan karena COVID-19, juga mencegah sebesar 98% kematian karena COVID-19.
“Hal itu menunjukkan bahwa vaksinasi lengkap itu sangat disarankan karena vaksinasi pemberian dosis pertama itu belum cukup melindungi. Apabila masyarakat sudah menerima vaksinasi penuh atau lengkap itu akan jauh lebih efektif dalam menurunkan risiko COVID-19 baik perawatan maupun kematian,” tandasnya.
Penemuan Penelitian China
China melakukan penelitian yang melibatkan 540 orang partisipan berusia 18 hingga 59 tahun.
Penelitian ini, partisipan menerima dosis vaksin sinovac ketiga setelah 6 sampai 8 bulan pasca dosis kedua.
Hasilnya bahkan berbanding terbalik di mana kadar antibodi diukur ulang setelah 28 hari pemberian dosis ketiga.
Kadar antibodi yang ditemukan meningkat hingga lebih dari tiga kali lipat dibandingkan sebelumnya. Kadar antibodinya adalah 143,1
Sehingga, booster mungkin diperlukan untuk menjaga respons imun terhadap virus SARS-CoV-2.
Namun, saat ini yang paling utama adalah memperbanyak cakupan dua dosis vaksin pada seluruh lapisan masyarakat untuk mencegah infeksi ini semakin meluas.
***
Source | : | kompas,Sehat Negeriku |
Penulis | : | Nabilah Hermawati |
Editor | : | Nindy Nurry Pangesti |
Komentar